Malam Minggu yang cerah ini menemani Hendarno meluncur dengan sepeda motor Jepang itu menuju Jalan Mukedas di mana Zairina tinggal.Â
Rumah yang besar dengan halaman yang luas. Hendarno disambut Zairina di teras dan diajak masuk. Di dalam ruangan itu sudah banyak juga tamu-tamu undangan termasuk teman-teman sekelasnya.Â
Hendarno berusaha mencari sosok Boyke di antara para tamu tersebut. Ternyata Boyke duduk di deretan kursi untuk keluarga Zarina. Di sana ada juga Ayah dan Ibu Zarina.Â
Mungkin Boyke sudah resmi jadi tunangan Zairina, pikir Hendarno. Dan...pada momen ulang tahun ini bisa saja diumumkan pertunangan tersebut di depan para tamu.Â
Hendarno merasa kehilangan harapan dan pemuda itu begitu pasrah menghadapi kenyataan ini. Di tengah pesta ulang tahun Zairina yang meriah itu, hati Hendarno terasa sepi dan hampa.Â
Tidak terlalu malam, perayaan ualng tahun itupun usai. Para tamu sudah meninggalkan tempat perayaan termasuk Boyke bersama kedua orang tuanya.Â
Sebenarnya Hendarno sudah sejak tadi berpamitan tetapi Zairina menahannya dengan sungguh-sungguh sehingga membuat pemuda ini tak bisa berbuat apa-apa.Â
Di teras rumah kedua remaja itu berbincang serius tapi santai. Zairina merasakan bahagia dengan kehadiran Hendarno.Â
"Hen terimakasih sudah hadir dalam acara ulang tahunku." Suara gadis cantik itu pelan dengan tatapannya yang teduh.Â
"Sama-sama Rin. Senang bisa hadir di sini. Tadinya saya kira mau megumumkan pertunanganmu juga?" Tanya Hendarno menyelidik.Â
"Pertunanganku dengan siapa?" Tanya Zairina sambil tersenyum menggoda.Â