Selain itu, Hendarno juga tahu selama ini dia memiliki pesaing serius untuk mendapatkan cinta Zairina. Seorang mahasiswa yang kuliah di Bandung bernama Boyke yang juga putra seorang anggota DPR di Kotanya.Â
Boyke tentu saja memiliki peluang lebih besar dibandingkan dirinya untuk mendapatkan hati Zairina Denawanti. Begitu pula orang tua mereka yang memliki level jabatan yang seimbang.Â
"Hai Hen! Kok neglamun. Datang ya!" Suara Zairina mengagetkan Hendarno dari lamunannya. Â
"Iya Rin. Oke nanti aku datang," suara Hendarno terdengar ragu. Zairina hanya tersenyum melihat kegugupan Hendarno.Â
Hari semakin siang dan murid-murid sekolah menengah atas yang berada di Jalan Wahidin Sudiro Husodo itu mulai berdatangan.Â
Sementara Kota Cirebon pada bulan Desember ini selalu diliputi mendung di setiap paginya. Namun justru membuat suasana sejuk menyelimuti udara Kota Udang ini yang biasanya selalu panas karena berada di pesisir Utara.Â
Pulang sekolah siang itu ternyata hujan turun membasahi bumi. Zairina tidak perlu khawatir karena setiap hari dia diantar jemput oleh ajudan Ayahnya dengan mobil. Sedangkan Hendarno terpaksa harus menunggu hujan reda di tempat parkir sepeda motor.Â
Sabtu pagi  itu malah Hendarno melihat Zairina diantar ke sekolah oleh Boyke. Dia melihat gadis itu turun dari mobil yang dikemudikan Boyke.Â
Hendarno berfikir hari ini kan ulang tahun Zairina yang pestanya akan berlansung malam Minggu nanti. Tentu saja Boyke khusus datang untuk merayakan ulang tahun Zairina.Â
Pemuda itu hampir saja memutuskan untuk tidak hadir dalam acara ulang tahun Zairina. Dia tidak ingin mengganggu kebahagiaan Zairina dan kekasihnya, Boyke.Â
Namun ketika Hendarno kembali diingatkan untuk datang malam Minggu itu, dirinya tidak mampu menolak permintaan Zairina.Â