Pekerjaan yang dia lakukan untuk meningkatkan kebugarannya telah terbukti ketika menghadapi Piala Thomas di Aarhus, Denmark.
Pada perempat final (15/10/21), melawan Ng Tze Yong, pada partai ketiga berlangsung selama 75 menit, sekaligus penentu kemenangan 3-0 atas Malaysia. Skor akhir dengan rubber games, 14-21, 21-19 dan 21-16.
Sehari kemudian, esoknya (16/10/21) giliran Anders Antonsen menjadi korban. Dalam waktu 100 menit, pemain ranking 3 Dunia ini ditundukkan dengan rubber games, 25-23, 15-21 dan 21-16.
Laga yang sangat menguras tenaga dengan menghabiskan waktu selama 1 jam 40 menit. Partai ini membuat Indonesia unggul 2-1 atas Denmark di semifinal Thomas Cup.
Pucak penampilan Jonatan Christie adalah pada final tersebut. Hampir tidak ada penurunan energi dalam performanya. Bahkan saat pertandingan melawan Li Shi Feng pada partai penentu itu harus bermain selama satu jam 22 menit.
"Kemenangan atas Antonsen memberi saya banyak kepercayaan diri karena ketika game ketiga (melawan Li Shi Feng) dimulai, saya berkata mari kita bermain 100 menit lagi, atau mungkin 120 menit lagi, kita lihat saja! Ini pencapaian terbesar bagi saya, lebih besar dari Asian Games." Ini adalah pengakuan Jonatan Christie seperti dilansir BWFbadminton.com (18/10/21).
Sebelum berangkat ke Piala Sudirman dan Piala Thomas, tim Merah Putih memang mengetahui jadwal yang padat.
Pelatih selalu memberikan dorongan agar tetap untuk berlatih lebih keras, terutama dalam meningkatkan kemampuan fisik dan kebugaran. Begitu pula harus tetap menjaga motivasi tinggi dan performa yang prima.
Sungguh perjuangan yang sangat keras bagi seorang Jonatan Christie. Baginya tanpa Tuhan dia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Persembahan prestasi ini juga untuk kakaknya tercinta yang ada di Alam sana. Dengan terharu Jonatan mengungkapkan sosok sang Kakak.
"Dia sangat menginspirasi. Saya tahu perbedaan dengan dia dan tanpa dia. Dan saya juga ingin melihat ayah dan ibu saya bangga.