Baru ketika pertandingan fase grup terakhir Indonesia yaitu berhadapan dengan Chinese Taipei. Jonatan Christie bertanding melawan Wang Tzu Wei pada tunggal kedua.
Dalam laga ini terjadi perubahan haluan dari penampilan pemuda ini. Jojo menang dengan dua gim langsung, 21-17 21-13. Hasil ini telah memberikan kepercayaan dirinya mulai bangkit. Â
Maka kebangkitan performa itu puncaknya adalah memenangkan tunggal pada partai ketiga di final Piala Thomas melawan pemain muda China, Li Shi Feng dengan rubber games yang ketat, 21-14, 18-21 dan 21-14. Laga yang menghabiskan waktu sekitar 1 jam 22 menit.
Momen emas baginya dalam membantu membawa Indonesia ke puncak raihan trofi turnamen beregu putra yang paling bergengsi, Thomas Cup. Â
Setelah meraih medali emas Asian Games 2018, Jonatan Christie menglami penurunan prestasi yang sangat menyolok.
Sempat mengalami beberapa penampilan mengesankan di tahun 2019, tetapi pada musim 2020 menurun secara drastis.
Pada tahun itu Jojo kembali merasakan semangat tinggi karena berhasil lolos ke Olimpiade Tokyo.
Namun saat tiba di Tokyo 2020 dan melakukan laga demi laga, ia masih menghadapi trauma kematian kakak laki-lakinya Ivan di awal tahun itu. Seorang kakak yang sangat mendukung karir bulutangkisnya.
Akhirnya Jonatan Christie gagal meraih medali di Olimpiade tersebut. "Setelah Olimpiade saya merasa kepercayaan diri saya tidak baik," kata Jonatan Christie kepada BWFbadminton.com (18/10/21).
"Saya berbicara dengan pelatih dan keluarga saya tentang bagaimana meningkatkan kinerja saya. Kami juga berbicara dengan psikolog, mereka memberi saya beberapa tips untuk meningkatkan kinerja saya. Saya senang melihat Anthony Ginting mendapatkan perunggu, dan pada saat yang sama saya memotivasi diri saya sendiri." Tambah Jonatan seperti dilansir situs di atas.
Dia sangat menyadari harus lebih banyak lagi berbuat untuk menjadi lebih bugar. Fisik dan kebugaran adalah hal utama yang harus diperhatikan dengan baik.