"Hen, aku mulai merasakan inilah mungkin pertemuan kita yang terakhir. Esok aku mungkin sudah tidak bisa memandangmu lagi."Â
Aku masih memandangnya dengan senyum penuh percaya diri. Aku tidak boleh menujukkan kerapuhanku di depan Erika. Jangan sampai rasa pedih dan rapuh hati ini bisa menambah luka bagi Erika.Â
Wajah cantik di depanku ini ibarat Telaga yang bening. Sepanjang tepiannya tumbuh pepohonan penyejuk rasa. Kadang kala burung-burung riang terbang melintas di atasnya. Sementara angin semilir lewat di sisinya. Sungguh penuh dengan kedamaian.Â
Wajah teduh di depanku ini adalah pribadi yang kukuh yang selama ini selalu menutup segala rasa jiwaku yang terkadang rapuh. Pribadi dimana segala rasa cintaku bermuara dalam hatinya.Â
Erika, gadis pujaanku yang selalu mengingatkanku saat masih berseragam putih abu-abu. Anggun dengan wajah yang teduh, senyum yang ramah. Tutur katanya tertata dengan bijak. Keindahan matanya yang bening dan tajam saat memandang.Â
Gadis dambaanku selama ini yang menjadi impianku sebagai ibu dari anak-anakku kelak. Ketika cinta kami berpadu untuk menyongsong masa depan kebahagiaan rumah tangga, tetiba malapetaka itu hadir. Kemarau panjang menjelang ada di hadapanku.Â
Terkadang cinta datang dan pergi tanpa diduga. Bahkan, cinta juga bisa hadir di antara kepedihan dan keterpurukkan. Lalu tak lama dari itu, cinta juga bisa pergi di sela-sela harapan dan kebahagiaan yang semu.Â
BACA JUGA :Â Menulis Sketsa Kehidupan: Merasakan Lebih dalam Makna Tobat
Bogor 2021Â
Tempat Pemakaman Umum di Ciomas Bogor siang itu sangat terik. Matahari bersinar seakan menembus ubun-ubun. Kemarau panjang di Bogor ini mungkin untuk pertama kalinya terjadi. Biasanya selama ini walaupun musim kemarau namun kadang-kadang masih ada hujan yang turun. Â
TPU Ciomas ini adalah salah satu tempat pemakaman bagi jenazah yang terkena paparan covid 19. Mobil Ambulance yang membawa jenazah itu akhirnya tiba. Para petugas dengan pakaian lengkap sesuai protokol kesehatan, sibuk menyelesaikan tugas mereka menguburkan jenazah. Â Â