Usai Wukuf di Arafah

Pada musim haji ini, mereka para pegawai yang bekerja dibidang kontruksi mendapat liburan selama satu pekan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Usman mencari pendapatan sambilan sebagai pengendara ojek.  

 "Man! sudah berapa orang hari ini kamu antar para jemaat ke Mekkah?" Pertanyaan dari Halim, teman sesama Tenaga Kerja yang juga ikut mangkal dengan sepeda motornya. 

"Baru satu orang ketika Subuh tadi. Nah ini Dani sudah tiga orang." Kata Usman sambil menunjuk ke arah Dani di sebelahnya. 

"Iya tadi aku dapat penumpang di depan Hotel Akhyar. Lalu pulangnya dari Masjid Al Haram dapat satu lagi minta diantar ke Jamarat." Kata Dani yang asal Surabaya. 

Tiga anak muda yang sedang berjuang ini adalah para mujahidin yang tengah mempertaruhkan pengabdian mereka kepada keluarga di Tanah Air. 

Usman, Halim dan Dani hanya sedikit saja gambaran dari sekian banyak pemuda yang berusaha meneladani pengorbanan Nabi Ismail yang sangat fenomenal kepada Ayah dan Bundanya, Nabi Ibrahim dan Siti Hajar.  

Pelataran Parkir Jamarat pagi itu demikian penuh dengan hiruk pikuk para jamaah yang baru saja selesai melempar jumrah aqobah. 

Selain tiga pemuda asal Indonesia itu, juga parkir di sana adalah orang-orang Pakistan dan Banglades yang jumlahnya jauh lebih banyak. Mereka menawarkan jasa ojek mereka. Namun tetap saja para jamaah dari Jamarat ini masih kekurangan alat transportasi. 

Mekkah pada musim haji berubah menjadi kota yang benar-benar padat karena dua juta umat Islam seluruh dunia menuju ke sana untuk menunaikan rukun Islam ke lima ini.

Selain Mekkah ada tiga tempat lagi yang mendadak menjadi penuh dengan lautan manusia yaitu Arafah-Mudzdalifah dan Mina.

Terutama saat puncak ibadah haji yaitu wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah dan melempar jumroh aqobah pada tanggal 10 Dzulhijah.