Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sosok Roberto Mancini sebagai Pelatih Jenius "Gli Azzurri" Italia

18 Juni 2021   11:08 Diperbarui: 19 Juni 2021   12:55 4946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Timnas Italia, Roberto Mancini, memberi selamat kepada Ciro Imobile setelah ia mencetak gol ketiga Azzurri pada laga Grup A Euro 2020 di Estadio Olimpico pada Kamis (17/6/2021) dini hari WIB. (Foto: AFP/ALESSANDRA TARANTINO via Kompas.com)

Siapa yang tidak kenal dengan Roberto Mancini? Pada dekade tahun 90 an, dia adalah seorang pemain Sampdoria dan Lazio di bawah asuhan Sven-Goran Eriksson.

BACA JUGA : Laga Pembuka Euro, Italia Memberi Bukti pada Turki

Mereka yang belum pernah melihatnya beraksi mungkin menyimpulkan dari sosok ini bahwa, sebagai pesepakbola, Mancini hanya pemain biasa-biasa saja.

Bahkan contoh sempurna tentang Mancini adalah pemain yang memiliki catatan "nol penampilan" diajang Piala Dunia.

Saat itu Mancini adalah bagian dari skuad Italia di Piala Dunia 1990 namun tidak pernah tampil satu laga pun karena kalah bersaing dari Gianluca Vialli dan Roberto Bagio.

Karier internasionalnya harus berakhir setelah berselisih dengan pelatih Italia kala itu, Arrigo Sacchi dan tidak terpilih dalam skuad Piala Dunia 1994.

Roberto Mancini menanda tangani kontrak sebagai manajer Tim Gli Azzurri Italia (Foto Getty Images) 
Roberto Mancini menanda tangani kontrak sebagai manajer Tim Gli Azzurri Italia (Foto Getty Images) 

Bagi Mancini ketika saat ini menjadi bos Tim Biru Italia, hal itu seperti  disamakan dengan "diberi kesempatan kedua".

Pria yang berusia 56 tahun ini menangkap peluang dengan tegas dan yakin.  Kendati menangani sebuah tim yang dikecam sebagai tim terburuk Italia sepanjang masa.

Pertama kali dalam enam dekade Italia gagal lolos ke putaran final Piala Dunia tahun 2018 di Rusia.

Namun kini Gli Azzurri telah berubah menjadi tim yang tidak terkalahkan dalam 28 pertandingan dan telah memenangkan sembilan pertandingan terakhirnya dengan skor agregat 28 gol tanpa kebobolan.

Angka-angka tersebut meskipun sangat mengesankan untuk dipandang, namun hanya menceritakan sebagian dari cerita sebenarnya.

Ada satu hal yang jauh lebih penting yaitu perubahan radikal dalam gaya permainan Gli Azzurri Italia yang telah diarsiteki Mancini.

Beberapa kemenangan diraih oleh Italia dan gol yang dibangun di atas pendekatan yang penuh filosofi menyerang yang tidak banyak dipengaruhi oleh tradisi Italia sebelumnya.

Sven-Goran Eriksson, pelatihnya di Sampdoria dan Lazio, termasuk di antara beberapa pelatih yang memuji trequartista tertinggi ini sebagai "seorang seniman" dan "seorang jenius". 

"Dia melihat hal-hal di lapangan lebih cepat daripada orang lain," puji pria Swedia itu. "Visinya luar biasa." Kata Eriksson seperti dilansir FIFA.com (15/6/21).

Pada situs FIFA tersebut, jauh di sana seorang Tite, pelatih Brasil rupanya juga memperhatikan transformasi gaya bermain Italia ini.

Pelatih Brasil itu memuji Mancini dengan pujian tinggi , tidak hanya untuk hasil setiap laga bersama Italia tetapi juga untuk cara Mancini mengubah gaya tim yang sekarang diasuhnya. 

Mendengar ini Mancini mengingatkan bahwa Tite adalah pelatih yang hebat dan dia berasal dari negara yang paling menginspirasi dan kreatif di dunia sepak bola. 

Maka suatu kehormatan baginya jika saat ini Italia mengadopsi gaya ofensif yang diterapkan Tite bersama Brasil.

Sejauh ini Italia sudah meraih kesuksesan di masa lalu dengan memenangkan empat Piala Dunia dan satu Kejuaraan Eropa. Semua itu dicapai dengan mengadopsi pendekatan filosofi permainan defensif.

Setiap negara memiliki gaya permainannya sendiri dan kualitas pertahanan di Italia masih membuat perbedaan bahkan hingga hari ini.

Dari sinilah rupanya Mancini bisa menarik benang merahnya bahwa untuk menjadi tim yang baik, dibutuhkan cara untuk membangun keseimbangan sempurna antara filosofi menyerang dan bertahan.

Untuk mewujudkan rencana cerdasnya, Mancini memilih pemain-pemain muda yang berbakat yang dianggapnya tepat untuk mengimplementasikan filosofi sepak bolanya.

Mancini sudah bertekad ingin melakukan sesuatu yang sangat berbeda untuk mengadopsi gaya permainan yang lebih ofensif.

Apapun hasilnya namun inilah saat yang tepat untuk memberikan fans tim nasional mereka yang menarik untuk ditonton dan dinikmati.

Pada ajang Euro 2020 dalam dua laga Italia semua sudah menjadi fakta permainan Italia yang sangat menghibur.

Dua kemenangan beruntun masing-masing 3-0 atas Turki dan 3-0 atas Swiss sudah menunjukkan performa Italia yang berbeda.

Formasi yang menarik diterpakan oleh Mancini adalah 4-3-3 dengan poros gelandang Nicolo Barella, Manuel Locatelli dan Jorginho.

Trio ini yang menjadi tumpuan transisi skuad Italia dalam menyerang dan bertahan. Mereka berhasil menjabarkan cara bermain yang diinginkan oleh Mancini.

Manuel Locatelli yang lebih berat pada dukungan penyerangan sementara duet Barella dan Jorginho sebagai stabilisator lini tengah Azzurri.

Dua gol Locatelli ke gawang Swiss sebagai bukti keberhasilannya menerapkan filosofi menyerang ala Mancini.

Claudio Ranieri, salah satu pelatih Italia ternama, menuturkan pendapatnya kepada Gazzetta dello Sport (17/6/21) : "Tim Italia ini sempurna dan Locatelli adalah permata. Kepemilikan yang bagus, menekan, berlari. Enam gol dicetak dan tidak kebobolan, Mancini telah membangun orkestra yang luar biasa."

Itu bukan pujian biasa karena hampir semua pelatih berkata demikian dari Tite, pelatih Brasil hingga Ranieri.

Kini Italia telah menjadi tim yang sangat ofensif di setiap laga mereka. Enam gol masing-masing 3 gol ke gawang Turki dan Swiss adalah bukti tentang hal tersebut.

Mereka juga mendapatkan clean sheet dari dua laga tersebut, bukti bahwa duet bek tengah legendaris, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini masih merupakan duet terbaik skuad Gli Azzurri.

Faktor lainnya adalah penjaga gawang muda, Gianluigi Donnarumma yang kokoh berdiri di bawah mistar tim Italia.

Mungkin benar, lawan Italia baru sebatas Turki dan Swiss. Nanti tentu saja kita akan tunggu bagaimana performa Italia ketika bertemu tim kuat seperti Prancis, Spanyol, Jerman dan England.

Kendati begitu harus diakui bahwa Roberto Mancini telah berhasil mengubah cara bermain Italia menjadi tim yang lebih agresif.

Salam bola @hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun