Selama sebulan penuh, pembelajaran dan pelatihan lahir dan batin tersebut berlangsung melalui ibadah puasa.
Jika latihan menahan diri ini berhasil maka semua kebiasaan yang dijalaninya selama bulan Ramadan menjadi hal yang rutin.
Sehingga kebiasaan menahan diri tersebut berhasil membebaskan dari beban hawa nafsu yang membelenggunya.
Kesucian dalam hatinya mulai tampak terasa menjadi hal yang biasa. Syahwatnya bisa dengan mudah mampu dikendalikan.
Ibadah puasa yang dikerjakan dengan penuh kesungguhan, khusyu dalam menjaga hati dan hanya berharap keridhoan Allah. Maka itulah puasa yang memiliki tingkat ibadah istimewa.
Paling tidak kita harus mampu berpuasa dengan mencegah dari hal-hal yang membatalkannya.
Demikian pula utamanya kita harus mampu mencegah pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan anggota badan yang lain dari perbuatan dosa. Â
Jangan sampai kita berpuasa yang didapat hanya sekedar rasa lapar dan haus saja. Sungguh itu adalah pekerjaan yang yang sangat sia-sia yang dilakukan sebulan penuh.
Maka ketika hari Idul Fitri tiba, berbahagialah para insan Tuhan yang berhasil menyelesaikan semua latihan jiwa dan raga tersebut. Benarkah kita sudah meraih kemenangan dengan tibanya hari Lebaran ini?
Usai sudah bulan Ramadan kita jalani. Makna terdalamnya sebuah kemenangan adalah semua latihan selama bulan penuh berkah tersebut harus mampu diwujudkan dalam keseharian pada sebelas bulan berikutnya hingga kembali bertemu Ramadan tahun depan.
Teringat sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim : "Antara sholat Lima waktu, sholat Jumat ke sholat Jumat berikutnya, Ramadan hingga Ramadan berikutnya, akan menjadi kaffarah dosa yang dilakukan di antara amal ibadah itu, selama dosa-dosa besar dijauhi."