Cerita rakyat yang sangat legendaris terutama bagi rakyat Jawa Barat ini adalah Sangkuriang yang mencintai ibunya sendiri, Dayang Sumbi. Legenda ini banyak mengandung pesan moral bagi kehidupan kita sehari-hari.Â
Pada intinya legenda ini mengisahkan hidup Dayang Sumbi, putri seorang Raja yang bernama Raja Sungging Perbangkara. Kecantikan Sang Putri ini menimbulkan rebutan para Bangsawan sehingga menimbulkan keonaran di antara mereka.Â
Akibatnya suasana Kerajaan menjadi ajang permusuhan dan keonaran. Ini jelas tidak disukai oleh Dayang Sumbi yang menyukai kedamaian. Putri cantik inipun akhirnya mengungsi ke sebuah hutan dengan hanya ditemani seekor anjing yang bernama Tumang, ternyata anjing ini adalah titisan Dewa.Â
Dayang Sumbi mengungsi ke hutan untuk menghindarkan terjadinya perpecahan dalam Kerajaan Sang Ayah. Pesan moral yang sangat luhur dari tindakannya adalah berkorban untuk kebaikan orang tua demi persatuan dan kesatuan Kerajaan. Â
Selama di hutan, Dayang sumbi kegiatannya menenun kain. Ketika salah satu alat tenunnya jatuh, Putri ini malah bersumpah siapa saja yang mengambilnya akan dijadikan suaminya. Ternyata anjing Tumang itu yang mengambilnya.Â
Karena Dayang Sumbi malas mengambil alat tenun yang terjatuh tersebut, maka dia harus menepati sumpahnya menikahi seekor Tumang, seekor anjing titisan Dewa. Perbuatan malas menjadi sebab fatal dari sumpah yang sembarangan. Â
Pesan moral dari kejadian ini adalah malas itu tidak berguna bahkan membuahkan malapetaka. Juga tidak boleh sembarangan dengan mudah mengucapkan sebuah sumpah yang kelak harus ditepati.Â
Sangkuriang lahir dari pernikahan Dayang Sumbi dengan titisan Dewa, Si Tumang. Seorang putra yang gagah mempunyai hobi berburu. Apalagi Ibunya sangat menyukai hidangan dari hati seekor Rusa, maka hal ini membuat Sangkuriang semangat dalam berburu Rusa.Â
Sangkuriang membunuh bapaknya sendiri yakni Si Tumang dan berbohong kepada ibunya dengan menyebutkan daging hati Tumang yang dibawanya itu adalah hati seekor Rusa.Â
Peristiwa pembunuhan Tumang terjadi sebagai akibat kemarahan Sangkuriang karena perintahnya tidak dituruti anjing titisan Dewa itu yang juga ayah Sangkuriang. Hal ini memberikan pesan moral berharga untuk bisa menahan amarah agar tidak mengakibatkan kejadian fatal.Â
Ketika sang ibu tahu perbuatan anaknya maka dia murka dan mengusir Sangkuriang. Rasa sesal Dayang Sumbi atas perbuatannya dan meminta ampun para dewa. Ia kemudian diampuni dan diberi karunia awet muda.
Suatu saat Sangkuriang kembali ke tempat pengasingannya di hutan. Â Berjumpa dengan Dayang Sumbi yang memang awet muda tetap cantik. Mereka pun jatuh cinta dan berniat menikah.Â
Dayang Sumbi kemudian menyadari siapa Sangkuriang sebenarnya setelah tidak sengaja melihat bekas luka di keningnya akibat pukulan piring yang dilakukan dulu ketika marah karena Sangkuriang membunuh Tumang, Ayahnya sendiri.Â
Peristiwa ini memberikan pesan moral tentang buruknya suatu kekerasan dalam rumah tangga. Bukan cuma pemukulan dan pengusiran anak oleh Ibunya, tapi juga pembunuhan ayah oleh anak kandungnya sendiri.
Ketika Dayang Sumbi, Putri cantik ini menolak menikah, Sangkuriang sudah dibutakan hawa nafsu memaksa pernikahan dengan suatu  cinta terlarang antara Ibu dan anaknya sendiri.Â
Pesan yang dibawa dari peristiwa ini adalah diperbudak hawa nafsu sehingga membutakan segalanya termasuk membutakan fakta bahwa Dayang Sumbi adalah Ibu kandung Sangkuriang.
Untuk menghindarkan pernikahan terlarang ini  Dayang Sumbi membuat sejumlah syarat yang disetujui Sangkuriang yaitu membendung sungai Citarum dan membuat Perahu. Untuk bisa menikahi Dayang sumbi, syarat tersebut harus sudah dipenuhi Sangkurinag sebelum fajar menyingsing.Â
Sangkuriang menguasai ilmu penakluk demit, guriang, genderuwo dan lelembut hutan selama dalam pengusiran oleh ibunya sehingga dengan bantuan mereka kedua syarat itu hampir saja bisa dipenuhinya.Â
Untunglah Dayang Sumbi lebih cerdas dengan bantuan lelembut dan para dewa, Fajarpun lebih cepat menyingsing di Ufuk Timur. Akibatnya upaya Sangkuriang menjadi sia-sia.Â
Kegagalannya memenuhi persyaratan Dayang Sumbi membuat Sangkuriang murka. Ditendangnya perahu itu hingga terjerembab menjadi gunung yang sekarang dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu di daerah Lembang.Â
Kembali pesan indah dari kejadian ini adalah amarah tidak terkendali yang juga membutakan kenyataan yang ada bahwa Sangkuriang harus segera menyadari bahwa Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya.Â
Banyak sekali cerita rakyat yang mengandung pesan moral yang luhur untuk kita renungkan bersama. Cinta terlarang Sangkuriang kepada Dayang Sumbi adalah gambaran nyata bagaimana seharusnya mengekang hawa nafsu birahi agar bisa terkendalikan dengan baik.Â
@hensaÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI