Tadi di Kantin Kampus, Arga ketika menyebut nama Bapak di belakang namaku, Hendarno Al Ghufron, aku merasakan beban ada di pundakku.
Aku adalah anak bungsu seorang ulama berwibawa KH Ahsan Ghufron, pemilik Pesantren Darul Madinah. Bagaimanapun aku harus membawa diri di jalan yang baik.
Namun apakah aku tidak bleh berteman dengan seorang wanita seperti Mikayla Angela? Benar memang dia pernah berada dalam dunia hitam itu namun itu sudah masa lalu.
Pekan ketiga setiap bulan, seperti biasa aku menyempatkan pulang ke Pesantren. Bapak dan Ibu pasti menyambutku dengan hangat. Namun kali ini mereka seperti lebih bahagia dengan kehadiranku.
"Hen, coba kamu tebak siapa dia?" Tanya Ibuku di ruang tamu itu sambil memperkenalkan seorang gadis berjilbab.
Aku tertegun pada kecantikannya. Gadis berkulit putih yang berpostur tinggi ini hanya tersebyum padaku. Senyum itu mampu membuat hatiku meleleh. Aku juga membalas senyumnya sambil berpikir, siapa dia?
"Ini Annisa Humaira!" Uja Ibu.
"Annisa?" Suaraku terkejut namun takjub.
"Iya Mas Arno!" Annisa memanggilku dengan Arno, nama ujung dari Hendarno.
Gadis yang dulu masih SD kelas 6 ketika aku baru lulus SMA, kini telah tumbuh dewasa dan Masha Allah cantik sekali.
Annisa adalah putri bungsu dari Habib Abi, seorang ulama kharismatik yang cukup dikenal di kotaku. Bapak dan Habib Abi adalah sahabat sangat dekat karena mereka pernah sama-sama berguru di Ponorogo dan Jombang.