Kantin Kampus pagi itu masih sepi. Hanya ada seorang mahasiswa duduk di pojok. Ternyata dia adalah Arga, salah satu sahabat karibku selain Fadli. Aku menghampiri mejanya dan menyapa sambil duduk di hadapannya.
"Hai Hen! Kamu sudah dengar berita heboh tentang Ayam Kampus?"
"Belum dengar Bro!"
"Kamu memang dasar kutu buku. Di Kampus ini kerjaanmu cuma ke Perpustakaan, Kantin, Ruang Kuliah dan Halte depan Kampus." Kata Arga menyindirku sebagai pemuda yang kurang gaul.
"Terus gimana cerita ayam kampusnya?"
"Ya gitu, rupanya sudah lama mereka beroperasi. Hanya tarifnya memang tinggi, bukan tarif mahasiswa yang kere." Kata Arga sambil tertawa. Aku percaya jika Arga memiliki akses ke jaringan tersebut.
Arga mahasiswa yang pergaulannya sangat luas. Mungkin karena sifat urakan dan jiwa petualangannya dalam cinta, membuatnya dekat dengan jaringan seperti itu.Â
"Pasti dong. Mereka mengincar para pejabat yang tebal dompetnya." Kataku.
Sementara Bibi Kantin datang mengantar pesananku secangkir kopi dan semangkuk bubur ayam yang ditaruhnya di meja.