"Aku juga teringat malam itu apa yang dikatakan Ibumu dengan doanya yang tulus agar kau mendapatkan jodohmu," kata Kinanti. "Ibuku juga demikian. Sangat prihatin dengan kesendirianku," kembali suara Kinanti.
Aku sengaja diam untuk mendengarkan segala kegundahan hati Kinanti agar terucap untuk melegakan hatinya. Membiarkannya mengeluarkan curahan hatinya.
"Alan sekali lagi, aku minta maafmu."
"Oke Kinan, aku sudah memaafkanmu tapi untuk kesalahan yang mana."
"Alan kesalahanku adalah karena aku tidak mampu menggantikan cinta Daisy Listya." kata Kinanti. Aku terkejut dengan pernyataan Kinanti ini.
"Kinan sudahlah lupakan saja yang dikatakan Listya. Aku sendiri juga sudah ikhlas menerima yang sekarang terjadi. Hentikan tangismu." Tapi Kinanti masih terisak.
"Aku menginginkan senyummu. Ayo tersenyum Kinan!" Kataku dengan nada penuh bujuk rayu. Kinanti memandangku lalu tersenyum namun air mata dipipinya masih berurai.
"Nah begitu dong, tapi kalau begini, namanya tersenyum dalam tangisan." Kataku menggoda.
"Alan! Â Memang kamu itu orang yang selalu membuatku salah tingkah." Kata Kinanti kali ini dia mulai tertawa.
"Apakah hamba boleh membantu mengusap air matamu Tuan Putri?" Aku mulai bercanda lagi.
"Alan. Sudah, sudah. Mulai kumat penyakit lamamu!" Kinanti kali ini tertawa renyah. Â Akhirnya aku berhasil membuat Kinanti kembali ceria.