"Alhamdulillah. Kinan sungguh aku senang mendengarnya. Aku perhatikan dari kemarin, wajah Kinanti sekarang sudah kembali berbinar seperti biasanya," kataku mulai menggoda.
"Alan Erlangga, mulai kumat!" Kata Kinanti mendelik. Aku tertawa lepas.
"Lalu apa pesan dokter tadi pagi untuk menjaga kesehatanmu?" Tanyaku.
"Dokter bilang padaku jangan terlalu banyak pikiran, istirahat cukup dan perhatikan makan." Jelas Kinanti
"Nah itu. Terlalu banyak yang dipikirkan. Sebaiknya Kinanti memikirkan satu hal saja." Usulku nakal.
"Memikirkan satu hal? Apa itu?"
"Cukup memikirkan satu hal yaitu pikirkan Alan Erlangga saja." Kataku sambil tertawa. Untuk kali ini sebuah cubitan mendarat di perutku dan aku hanya mengaduh.
"Memang dasar Alan Erlangga sering kumat sifat jeleknya!"
"Astagfirullah sifat jelek yang mana?" Kataku protes.
"Itu yang pintar bikin rayuan gombal."
Aku kembali tertawa sementara Kinanti hanya tersenyum. Aku benar-benar lega karena aku melihat Kinanti sudah bisa tersenyum gembira.