Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dosen Jomblo Itu Sudah "Move On"

17 September 2020   15:20 Diperbarui: 17 September 2020   19:11 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Pixabay

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah sebuah piranti laboratorium mutakhir yang canggih, yang diaplikasikan untuk ilmu Farmasi maupun ilmu Kimia lainnya.

Alat ini bisa mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif senyawa kimia dalam suatu bahan. Laboratorium Farmasi wajib memiliki alat ini karena sangat bermanfaat bagi penelitian terapan Kimia Farmasi. 

BACA JUGA : Pesona Puspita Hatiku

Setiap berada di laboratorium HPLC aku selalu teringat Daisy Listya. Seperti halnya pagi ini ketika melakukan pembaruan data penelitianku bulan lalu, sekaligus menganalisis data analisa terakhir dari beberapa data prosesor.

Rasanya seperti baru kemarin, Listya duduk di sisi alat HPLC ini sementara aku duduk di sampingnya sambil bercerita tentang Diana Faria.

Teringat awal bertemu dengan Daisy Listya. Saat itu pada sesi kuliahku, seorang mahasiswi bertanya sambil mengangkat tangannya.

Aku sejenak memandang ke arah suara mahasiswi itu. Untuk sesaat aku terperanjat ketika melihat wajahnya. Benarkah ada Diana Faria di sini? Tanyaku dalam hati.

Gadis itu adalah Listya, sungguh memiliki kelembutan wajah yang mirip Diana Faria, mendiang calon istriku.

Rasanya seperti baru kemarin. Di meja sudut dekat alat Spektrofotometer itu Listya pernah berdiskusi tentang perbaikan skripsinya.

Berdiskusi serius tapi juga diselingi canda dan tawa riangnya. Saat saat indah itu sangat berkesan sekali dalam hatiku.

Di ruangan lain yang hanya dibatasi jendela kaca, beberapa mahasiswa sedang melakukan praktikum Kimia Dasar.

Bagaimana ketika Listya mengutarakan pendapatnya tentang HPLC yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

"Pak Alan prinsip HPLC adalah jika ada senyawa yang disukai maka ditahan dalam kolom lebih lama. Kalau dipikir itu seperti kehidupan sehari-hari kita ya," kata Listya waktu itu.

"Benar sekali bahkan kehidupan kita sehari-hari penuh dengan peristiwa kimia. Daya tarik menarik antara dua hati yang berlainan jenis menganut kaidah prinsip kimia." Kataku.

"Misalnya ikatan kovalen atau ikatan hidrogen. Sebenarnya cinta masih berhubungan juga dengan ikatan yang mirip senyawa kimia ya Pak?" Kata Listya menambahkan sambil tertawa.

"Tapi Pak betul juga lho. Seseorang hanya suka kepada seseorang yang chemistry nya identik atau valensinya sederajat. Misalnya oksigen harus mengikat dua molekul hidrogen agar valensinya sederajat untuk menjadi senyawa yang stabil."

Listya meneruskan berfilosofi tentang ilmu kimia yang dikaitkan dengan cinta. Aku hanya tersenyum kalem.

"Ya filosofi kimia ternyata masuk juga dalam dunia percintaan. Namun yang jelas Lis, sesuatu yang disukai pasti akan dipertahankan."

Aku memberikan gambaran jika Listya mencintai seseorang pasti Listya mempertahankan orang yang dicintainya jangan sampai direbut orang lain.

"Iya dong Pak. Akan kupertahankan cintaku. Namun jika Allah mengambilnya tentu harus aku ikhlaskan." kata Listya.

Mendengar ini aku sejenak tertegun. Pekataan Listya ini membuatku teringat kepada Diana Faria.

Melihat aku terdiam lama, rupanya Listya baru menyadari dengan ucapannya.

"Pak Alan maaf. Saya tidak bermaksud mengingatkan Bapak kepada mendiang Mbak Diana Faria," kata Listya sambil memandangku penuh penyesalan.

"Gak apa-apa Listya. Saya sekarang sudah ikhlas." Kataku sambil tersenyum memandang gadis cantik di hadapanku ini.

Saat itu Listya hanya terdiam membisu. Aku melihat wajah itu sangat teduh dan damai dalam balutan jilbab warna putih bersih. Aura kecantikannya terpancar sempurna.

Peristiwa bersama Listya di Laboratorium HPLC itu mungkin tak pernah terulang lagi karena sekarang Listya telah menjadi istri Rizal Anugerah.

Tidak terasa hari semakin sore. Aku masih berada di Laboratorium HPLC menyelesaikan data penelitianku. Rasa penat kepala akhirnya kusudahi dulu pekerjaan pengolahan data tersebut.

Pelataran parkir sore itu sudah kelihatan sepi, hanya ada beberapa mobil yang tersisa.

Rute perjalanan pulang seperti biasa harus bertemu dengan rutinitas kemacetan sore hari Kota Surabya.

Di tengah kemacetan arus lalu lintas di Jl. Dr Sutomo, alunan lagu Air Supply-Goodbye dari tape mobilku, mengalun merdu namun memilukan hati. Beginilah sepenggal syair lagu itu.

I would rather hurt myself. Than to ever make you cry.

There's nothing left to try. Though it's gonna hurt us both.

There's no other way than to say good-bye.

Mendengar lagu ini aku selalu teringat Daisy Listya.

Aku lebih suka menyakiti diri sendiri. Dari pada membuatmu menangis. Tidak ada yang tersisa untuk dicoba. Padahal itu menyakiti kita berdua.Tidak ada cara lain, selain mengucapkan selamat tinggal.

Seakan lagu ini adalah lagu perpisahanku dengan Daisy Listya.

Bagaimanapun aku tetap berbesar hati karena Listya adalah seorang yang telah membuat aku menemukan kembali jati diriku.

Aku harus menatap masa depanku. Melupakan masa laluku. Menata masa kini dengan terus memupuk harapan demi harapan menjadi nyata.

Ponselku berdering. Terlihat di layar ponsel, wajah Kinanti Puspitasari. Dia wanita cantik yang selalu kukagumi. Apakah dia masa depanku?   

@hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun