"Aku bisa merasakannya sebagai seorang wanita. Listya merasa mendapatkan perlindungan ketika berada didekatmu." Kata Kinanti.
"Mendapatkan kenyamanan, kegembiraan, kedamaian hati. Listya merasakan perhatianmu terlepas dari statusmu sebagai dosen pembimbing mahasiswinya," suara Kinanti meyakinkan.
"Ya Kinan tapi itu kan analisamu. Listya sendiri tidak berkata seperti itu." Kataku membantah. Kinanti hanya mengangkat bahu sambil tersenyum.
Sebenarnya aku merasakan kegembiraan mendengar yang dikatakan Kinanti, namun aku juga merasakan kegundahan. Sebab jika hal itu benar, maka bisa menjadi masalah yang sangat rumit.
"Andai saja Listya tahu bahwa Alan Erlangga sangat mencintainya." Kembali terdengar suara Kinanti sambil menatapku tegas.Â
 "Andai Listya tahu, terus?" Tanyaku.
"Ya Listya tidak menikah dengan Rizal Anugerah tapi mungkin dengan Alan Erlangga," kata Kinanti.
Mendengar kalimat terakhir Kinanti itu, aku tertawa tapi rasanya tawaku sangat sumbang mengandung kepedihan.
Sungguh tidak bisa dipercaya seorang istri seperti Listya yang lembut, ramah penuh kesetiaan dan pengabdian kepada suami harus mengalami kekerasan dalam rumah tangganya.
Sulit dimengerti perlakuan Rizal, suami Listya terhadap istrinya. Aku tidak tahu yang harus kulakukan jika suatu hari Listya harus curhat kepadaku tentang masalah rumah tangganya.
Namun aku yakin Listya tidak mungkin menceritakan tentang masalah rumah tangganya kepadaku. Listya adalah wanita yang penuh amanah apalagi ini aib suaminya sendiri.