Jika Daisy Listya adalah sosok utuh Diana Faria maka Kinanti Puspitasari adalah sosok lain dari masa lalu di sudut hatiku. Kemanakah hatiku berlabuh?Â
Hari Jumat pagi ruang kerjaku kedatangan tamu istimewa dari Bandung yaitu Kinanti Puspitasari. Kami berbincang sesekali diselingi gelak tawa riang.
BACA JUGA : Cerita di Beranda Rumah Kinanti Puspitasari
"Alan mana Listya katanya mau ketemu kita disini?" Tanya Kinanti.
"Ini pesannya di ponsel, dia masih di perjalanan menuju Kampus!" kataku.
"Aku sudah kangen rasanya sudah tidak sabar lagi ingin ketemu wanita pujaanmu itu," kata Kinanti sambil tersenyum.
"Awas ya Kinan nanti jangan ngomong macam macam di depan Listya," kataku mengingatkan Kinanti agar tidak sampai keceplosan. Mendengar ucapanku itu Kinanti hanya tertawa.Â
"Tenang tenang. Wah kok Profesor bisa gugup seperti itu. Aku tidak bilang apapun. Jangan khawatir," kata Kinanti sambil tertawa.
Aku benar-benar mati kutu dan hanya bisa garuk garuk kepala. Ketika kujelaskan kepada Kinanti selama ini Listya menganggap bahwa Kinanti adalah calon istriku maka tawa Kinanti semakin menjadi jadi.
"Alan aku sekarang semakin yakin kalau Listya sungguh mencintaimu," kata Kinanti serius.