Teringat kamu saat aku duduk di sini. Sudah berapa kali kita selalu bertemu di Ruang Tunggu Stasiun Kereta Api ini, sehabis mudik berlebaran di Kampung.
Selalu di bangku Ruang Tunggu yang sama ini pula kita berbincang, tentang masa-masa pensiun yang harus kita lalui.
"Usia pensiun limapuluh enam masih terlalu muda," begitu katamu sambil menikmati roti bakar khas Stasiun.
Akupun setuju sebab masih ada dua puluh tahun ke depan atau bahkan lebih, sebelum usia kita delapan puluh.
"Lalu apa yang harus kita lakukan dua puluh tahun ke depan?"
"Banyak," katamu. "Mengurus cucu, menjaganya dan memberikan bekal untuknya."
"Menunggui dan menyaksikan cucu kita saat mereka menikah." Aku menambahkan.
"Ya jika saat ini cucu kita berusia satu tahun maka dua puluh tahun kemudian dia berusia dua puluh satu tahun. Mereka sudah sangat matang untuk menikah."
"Lalu apa lagi?" Tanyaku.
"Memperbaiki diri dengan menabung kebaikan untuk bekal kita sendiri," katamu.