Kami bersenda gurau ditengah-tengah keseriusan menganalisis sampel-sampel penelitian skripsinya Listya.
Masa-masa gembira bersama Listya yang mungkin tak akan pernah terulang lagi.Â
Mengingat ingat saat itu, aku merasakan kebahagiaan. Namun kembali aku harus realistis karena dua hari lagi Listya sudah menjadi istri Rizal Anugerah.
Saat ini aku seolah merasakan getaran hati Listya ketika aku ingat bagaimana tatapan matanya memandangku sambil berkata :Â
"Sungguh saya sangat  terharu kalau ingat cerita Mbak Diana Faria. Bapak harus mulai mendapatkan teman hidup yang menjadi cahaya mata hati bapak sehingga bapak merasa tentram kepadanya. Saya akan bahagia jika bapak segera menemukan gadis tersebut."
Suara Listya masih terngiang di telingaku. Gadis itu berdoa untukku dengan tulus.Â
Aku seperti mampu membaca sesuatu dalam tatapan matanya. Tatapan mata yang pernah aku kenal dalam suatu masa.Â
Tatapan mata ketulusan penuh dengan kasih sayang yang pernah aku dapati dari Diana Faria.Â
Benarkah Daisy Listya? Jawabannya hanya dia yang tahu.
Pagi itu kesibukan Stasiun Kereta Api Gubeng semakin ramai karena keberangkatan beberapa Kereta Api diantaranya Argo Wilis menuju ke Bandung, Sancaka pagi menuju Yogyakarta dan Penataran ke Blitar.
Selain itu keramaian dan kesibukan di sana juga karena banyak para penjemput masih menunggu kedatangan KA Turangga dari Bandung dan Bima dari Jakarta.