Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Hijriah di Tengah Pandemi Coronavirus

20 Agustus 2020   13:33 Diperbarui: 20 Agustus 2020   17:24 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Umma.id 

Muculnya ide tersebut berawal dari keluhan Abu Musa al-Ash'ari, seorang pejabat di Basrah (Irak), tentang kurangnya tanggal yang konsisten pada setiap korespondensi yang dia terima.

Abu Musa al-Ash'ari mengirim surat kepada Khalifa Umar, memintanya mengembangkan cara baru untuk menghitung tanggal atau kalender dengan system Islam.

Khalifa Umar melakukan diskusi dengan para penasihat. Beberapa menyarankan bahwa tanggal kelahiran Nabi bisa digunakan untuk menandai awal kalender baru, sementara yang lain menyarankan tanggal wafat Nabi.

Namun, akhirnya mayoritas setuju bahwa kalender harus dimulai dengan tanggal ketika Nabi melakukan hijrah dari Mecca ke Madinah.

Khalifa Umar kemudian berkonsultasi dengan sahabat Nabi yang sangat dihormatinya, Utsman ibn Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka menyetujui kesepakatan tersebut.

Maka segera Khalifa Umar mengumumkan bahwa tahun di mana Nabi Muhammad berhijrah akan menandai dimulainya kalender Hijriah.

Hijrah Nabi dari Mecca ke Madinah tersebut merupakan upaya menuju ke arah yang jauh lebih baik.

Kalender akan dimulai dengan bulan pertama bernama Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzu Al Hijjah. Maka sudah resmi tahun 622 Masehi yaitu tahun dimana Nabi melakukan hijrah dari Mecca ke Madinah merupakan tahun pertama dalam penanggalan Hijiriah.

Berbeda dengan tahun Masehi yang berdasarkan pada pergerakkan Matahari maka tahun hijrah berdasarkan peredaran Bulan.

Tahun Hijriah terdiri dari 12 bulan. Seperti yang dikatakan Allah dalam Alquran di ayat (36) Surat al-Taubah:

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan lawanlah kaum musyrikin itu secara total sebagaimana merekapun melawan kamu dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun