Dari satu hektar luasan area tanaman tebu bisa dihasilkan lebih dari 100 ton biomasa. Biomasa tebu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian lainnya.
Ketika tebu dipanen, maka tidak seluruh bagian tebu dibawa ke pabrik gula. Bagian pucuk tebu dipotong tidak disertakan sebagai bahan baku gula pasir.
Dari potongan pucuk tebu tersebut, 7 helai daun teratas dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bermanfaat sebagai sumber serat dan sumber hijauan  bagi ternak ruminansia. Pucuk tebu ini bisa dibuat dalam bentuk segar dan produk awetan.Â
Produk awetan biasanya berbentuk basah maupun kering. Produk ini dinamakan silase jika dalan bentuk basah dan wafer pucuk tebu serta pellet dalam bentuk kering.Â
Diantara produk tersebut, maka wafer pucuk tebu memiliki nilai tertinggi. Hal ini karena produk ini banyak diminati beberapa Negara sebagai sumber hijauan bagi ternak dimusim dingin.
Diversifikasi dari Ampas Tebu
Tebu hasil panen yang sudah terpilih memenuhi persyaratan giling kemudian diperah di Unit Gilingan. Perahan ini menghasilkan nira yang mengandung gula yang selanjutnya diproses menjadi gula pasir.Â
Dari proses pemerahan menyisakan ampas tebu yang bisa dipergunakan sebagai bahan bakar dalam pabrik untuk proses pembuatan gula pasir.Â
Jika pabrik menghasilkan ampas yang berlimpah, maka surplus ampas dapat digunakan sebagai sumber bahan baku untuk memproduksi listrik, pulp, kertas, kardus/karton, papan partikel, papan serat, gypsum board, furfural, xylitol, carboxy methyl cellulose dan lainnya.
Blotong sebagai Bahan Pupuk Organik
Blotong adalah sebutan ko produk yang dihasilkan dari proses pemurnian nira yang mengandung gula.Â