Sampai sejauh ini Trump tidak pernah merespon sepatah katapun sebagai jawaban dari tuntutan para pengunjuk rasa yaitu menuntut kesetaraan rasial dan reformasi kepolisian.
Presiden Amerka Serikat Donald Trump harus menerima berbagai kecaman ketika dirinya berniat ingin mengerahkan militer untuk menghadapi gelombang unjuk rasa akibat kematian George Floyd.Â
Seperti kita ketahui bahwa kematian Floyd oleh polisi kulit putih telah memicu protes unjuk rasa besar-besaran di seluruh negara bagian Amerika Serikat termasuk di Washington DC, untuk menuntut keadilan.
Para demonstran menuntut kepada pemerintah Amerika Serikat untuk segera mengambil keputusan. Mereka harus mengakhiri kekerasan yang dilakukan oknum aparat penegak hukum kepada warga sipil.Â
Selain itu juga meminta agar pemerintahan Trump berupaya memiliki itikad baik dalam mengikis sikap rasialisme. Sentimen terhadap etnis tertentu di negeri Paman Donald ini masih terpelihara dengan subur.
Namun hingga saat ini pemerintah Amerika Serikat ini belum mengabulkan satupun tuntutan para demonstran. Kendati para oknum polisi yang terlibat dalam kasus yang mengakibatkan Floyd meninggal, sudah dicopot dan dijerat dengan berbagai pasal dakwaan.
Saat ini, aksi unjuk rasa yang menolak kekerasan polisi dan diskriminasi rasial di sejumlah kota di Amerika Serikat, sudah memasuki hari kesepuluh.Â
Untungnya unjuk rasa tersebut kini sudah mulai terkendali dalam kondisi yang damai tidak lagi rusuh seperti hari-hari sebelumnya.Â
Walaupun  di beberapa kota tidak terhindarkan masih juga terjadi bentrokan antara massa demonstran dengan aparat keamanan yang bertugas.
Bahkan pada sejumlah negara bagian di Amerika Serikat sempat memberlakukan jam malam, tetapi nampaknya kebijakan itu juga tidak mampu membendung aksi demonstrasi.Â
Akhirnya pemerintah kota Los Angeles dan Washington D.C., memutuskan untuk mencabut aturan jam malam tersebut. Nanun itu dilakukan setelah situasi berangsur terkendali, meski para pengunjuk rasa tetap masih turun ke jalan.Â
Sebelumnya  Presiden Trump pernah  menyatakan tidak segan untuk memerintahkan aparat keamanan bersikap keras bahkan melakukan tembak di tempat.Â
Trump juga mengancam akan mengerahkan pasukan militer reguler. Satu ide konyol yang justru ditentang oleh Menteri Pertahanannya sendiri, Mark Esper.Â
Ketika para pengunjuk rasa setelah kematian Floyd itu berlanjut di hampir seluruh negeri bagian, untuk menuntut kesetaraan rasial dan reformasi kepolisian. Donald Trump malah memamerkan kemajuan ekonomi negeri ini.Â
Trump mengatakan bahwa tingkat pengangguran turun dari 14,7%, yang merupakan tingkat terburuk sejak 1948, menjadi 13,3%, seperti dilansir oleh CNN.com (5/6/20).Â
Sebenarnya angka tersebut masih mencerminkan tingkat pengangguran yang sangat besar di Amerika Serikat. Namun fakta tersebut menepis prediksi para ekonom yang telah memperkirakan tingkat pengangguran menjadi lebih buruk dan naik menjadi hampir 20% pada bulan Mei ini.Â
"Kita semua melihat apa yang terjadi minggu lalu. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi. Mudah-mudahan George melihat ke bawah dan mengatakan ini adalah hal hebat yang terjadi untuk negara kita. Ini hari yang hebat baginya," kata Trump di Gedung Putih, dilansir CNN.com (5/6/20).Â
Donald Trump menyebut nama George Floyd dalam pernyataannya yang justru anehnya dikaitkan dengan penurunan tingkat pengangguran di tengah pandemi coronavirus ini.Â
Sampai sejauh ini Trump tidak pernah merespon sepatah katapun sebagai jawaban dari tuntutan para pengunjuk rasa yaitu menuntut kesetaraan rasial dan reformasi kepolisian.Â
Dia hanya pandai "ngeles" dengan memamerkan keberhasilan menurunkan angka pengangguran.
Kita tunggu bagaimana penyelesaian kasus insiden kematian George Floyd ini dengan penyelesaian secara hukum yang adil. Bukan dengan cara lari dari tanggung jawab ala Donald Trump.
Salam hangat dan sehat selalu @hensa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H