Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Hijriah bagi Seorang Hamba Tuhan

3 September 2019   17:45 Diperbarui: 3 September 2019   17:53 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Doa Hijriah (Sumber Foto Nadya/Tirto.id)

Tidak mudah memberi arti hijrah. Tidak mudah pula memaknai hijrah. Walaupun setiap tahun kita memperingati  Tahun Baru Hijarah 1 Muharam namun sejauh mana kita bisa merasakan makna terdalam dari hijrah tersebut, masih jauh dari harapan kebanyakan orang. Mungkin juga termasuk saya.

Bagi saya hijrah adalah bermigrasi menuju keadaan yang jauh lebih baik. Baik dalam suasana batin maupun lahir. Lebih utamanya adalah memahami dengan benar status kehambaan dan kefanaan yang harus terus diperbarui setiap saat. Ini berarti hijrah itu harus dilakukan setiap saat sebagai pengakuan jujur seorang hambaNya.

Sebagai mahluk yang fana memang harus terus berhijrah setiap waktu untuk mendapatkan sejatinya sebagai seorang mahluk. Sebagai mahluk yang kotor selalu setiap saat membutuhkan hijrah menjadi mahluk yang bersih.

Coba simak FirmanNya : "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya tetapi kalian tidak akan mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun" (QS Isra:44).

"Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya karena kebesaran Tuhan sementara para malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi (QS Asy-Syura : 5).

"Guruh itu bertasbih dengan memuji Allah. Demikian pula para malaikat karena merasa takut kepadaNya (QS Ar-Ra'd: 13).

Sangat jelas hanya Dia yang Maha Suci. Semua mahluk harus berhijarah untuk mencapai kebersihan jiwanya dari segala kekotoran yang menyelimuti sepanjang hayat.

Subhaanullah. Harus diakui hanya Dia Yang Maha Suci semua mahluk memujiNya. Semua mahluk akan tunduk kepada kehendakNya. Berbagai keindahan  dan keajaiban penciptaan dari semua yang tampak pada mahluk-mahluk Allah merupakan tanda-tanda yang menjadi petunjuk atas kebesaran Allah.

Coba simak dan perhatikan bagaimana keadaan bumi tempat kita menetap dan berpijak. Pikirkan pula semua yang dijadikan di dalamnya dan di atasnya yaitu gunung-gunung yang tinggi, lautan-lautan yang meluap yang mengelilinginya, sungai-sungai yang mengalir di atasnya, berjenis-jenis tumbuhan dan pepohonan, berjenis-jenis binatang bertebaran di atasnya.

Coba simak rangkaian kalimat berikutnya :"Dan suatu tanda kekuasaan Allah yang besar bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-biji-an maka dari padanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberpa mata air. Supaya mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan dari tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?" (QS Yaa siin 33-35).

Sudah selayaknya kita menjadi mahluk yang harus tahu diri terhadap kodratNya. Allah sangat pantas mendapat pujian dari hambaNya. Hanya rasa syukur kepada Allah yang membuat seorang hamba menjadi utuh dalam kefanaan dan dalam genggaman Keabadian Sang Khaliq.

Semua isi alam ini memuja kebesaranNya. Pada saat itu api taqwa dalam jiwa menyala, membakar semua sendi-sendi, relung-relung dan setiap jengkal pori-pori dan pembuluh darah semata-mata hanya untuk memuja kebesaran ALLAH.

Hijrah adalah lahirnya Figur yang akan membawa ciri yakni keselarasan yang serasi antara pribadi dan masyarakat, antara akal dan intuisi, antara kerja dan do'a, antara bumi dan sorga, antara dunia fana dan akhirat.

Semua berpadu demikian indah dan harmonis. Figur-figur inilah yang teramat sangat dirindukan hadir ditengah-tengah kita. Esok adalah langkah kita berikutnya. Lusa adalah harapan-harapan menuju kesempurnaan seorang hamba dalam kefanaannya.

Bandung 3 september 2019   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun