"Waktu delapan besar saya mau dibatalkan (sebagai tuan rumah), mau 'dibuang' (dipindah) ke Persib. Jika tidak menyetor uang 140 juta" kata Imron di Jakarta seperti dilansir Detik.com (8/1/19).
Kasus terakhir ini malah terjadi di kompetisi usia muda yaitu U-18 yang biasa disebut Piala Suratin tahun 2009 lalu. Kasusnya memang sudah lama, namun Imron baru berani melaporkan hal tersebut seiring adanya kesediaan Kepolisian menerima segala laporan masyarakat tentang pengaturan skor dalam sepakbola. Â
Sudah ada dua mantan manajer sepakbola, Lasmi Indaryani di Liga 3 dan Imron Abdul Fattah di Liga Remaja U-18 (Piala Soeratin) yang sudah mau membuka tabir match fixing kepada Polisi. Pelapor-pelapor lainnya sudah ditunggu oleh Satgas Anti Mafia Bola. Jangan lupa para Pelapor match fixing dijamin dan dilindungi baik oleh statuta FIFA maupun hukum positif yang berlaku di Negeri ini.
Para Pembaca ngomong-ngomong inisial IB itu ada yang tahu enggak?
Mari wujudkan Indonesia bebas dari Mafia Bola.
#hensa #kompasiana #satgasantimafiabolapolriÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H