Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Garuda Tunduk dari Singapore, Ini Akibat Cerdiknya Fandi Ahmad

11 November 2018   04:55 Diperbarui: 13 November 2018   18:00 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fandi Ahmad (Foto Goal.com)

Sebuah gol dari Hariss Harun di menit ke-37 sudah cukup bagi kemenangan Singapore atas Indonesia di Grup B disambut 30.783 pendukung mereka di Stadion Nasional Kallang malam itu Jumat (9/11/18) (Aseanfootball.org, 9/11/18).

Fandi Ahmad seusai laga mengatakan kepada situs Federasi Sepakbola Singapore (9/11/18) bahwa dirinya sudah lama menunggu atmosfer yang bagus di stadion seperti pada malam itu ketika Lions meraih kemenangan. "Saya senang para fans yang hadir dan kami mendapat tiga poin yang sangat penting."

"Di atas segalanya, saya pikir kami melakukan pekerjaan kami dengan sangat baik. Mereka adalah tim yang sangat bagus tetapi kami tahu apa yang harus kami lakukan dan kami melakukannya. Kami menutup sayap mereka, yang sangat cepat dan itu sebabnya mereka tidak memiliki peluang mencetak gol."

"Saya sangat senang taktik serangan balik namun kami juga solid dalam bertahan. Transisi kami sangat baik dan bermain kolektif. Saya pikir seluruh tim layak mendapat pujian. " Demikian Fandi Ahmad dalam jumpa pewarta seperti dilansir FAS.org.sg (9/11/18).

Fandi memang sangat cerdik menerapkan taktik dengan mematikan kedua sayap Timnas Garuda. Irfan Jaya dan Febri Haryadi tidak berkutik ditempel pemain Singapore yang ditugaskan menjaga mereka. Bima Sakti dengan jujur mengakui bahwa Singapore bermain lebih baik dibandingkan Timnas Garuda.

Timnas Garuda memang mendominasi 62% permainan dan Singapore hanya menguasai 38% namun mereka sangat kolektif melakukan tekanan terhadap dominasi permainan Indonesia. Lebih efektif mereka melakukan serangan balik. Hasilnya menit ke 37 tercipta gol Hariss Harun bersarang di gawang Andritany akibat tidak fokusnya lini pertahanan Indonesia. Sebuah kesalahan klasik dari ball's clearing yang tidak sempurna.  

Kepada situs tersebut di atas, Bima Sakti penuh sportif menerima kekalahan dengan mengatakan: "Saya pikir mereka memiliki organisasi yang baik dalam pertahanan dan transisi yang baik dari pertahanan ke serangan. Ini adalah masalah besar bagi kami. Saya juga ingin mengucapkan selamat untuk tim Singapura dan semoga sukses untuk pertandingan berikutnya. " Kata Bima sperti dilansir FAS.org.sg (9/11/18).

Febri Hariyadi (Foto ANTARA/Sigid Kurniawan)
Febri Hariyadi (Foto ANTARA/Sigid Kurniawan)
Memang benar bagi Bima banyak yang harus dibenahi. Sangat terkesan terlalu polos menerapkan taktik yang digunakan Bima dalam laga malam itu. Fandi Ahmad sudah banyak mempelajari formasi dan taktik Timnas Garuda selama ini. Anehnya Bima masih menerapkannya dan tidak mengubah dengan opsi lain di babak kedua.

Fandi Ahmad berhasil menugaskan pemainnya untuk mematikan pergerakkan Evan Dimas. Karena menurutnya Evan adalah pemain penting dalam kreasi Timnas Garuda. Demikian pula Stefano Lilpaly selalu ditempel ketat oleh dua orang pemain Lions salah satunya adalah Irfan Fandi anak kandung dari Fandi Ahmad sendiri.

Formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Fandi Ahmad berhasil menaklukan Garuda. Lini belakang mereka sangat solid yang terdiri dari  Zulqarnaen Suzliman, Irfan Fandi, Safuwan Baharudin dan Shakir Hamzah. Mereka berhasil menutup dua sayap Garuda dan Beto Goncalves serta Stefano Lilipaly. Praktis penjaga gawang Singapore, Hassan Sunny tetap nyaman di bawah mistarnya.

Hariss Harun, Izzdin Shafiq, Yasir Hanapi, Faris Ramli dan Gabriel Quak benar-benar mneguasai lini tengah dan selalu melakukan serangan balik melalui sayap. Sementara Ikhsan Fandi bertarung sendiri sebagai striker tunggal. Mereka bertarung berhadapan dengan Evan Dimas, Zulfiandi, Stefano, Febri dan Irfan Jaya.

Singapore jauh lebih taktis menerapkan permainan serangan balik. Menunggu dengan sabar. Sementara Garuda menyerang monoton dan selalu tergesa-gesa dan mudah diantasipasi.

Tidak bisa dibohongi bahwa pengalaman memang sangat berperan dalam laga sebuah turnamen untuk Timnas Senior seperti Piala AFF ini. Fandi Ahmad harus diakui jauh lebih berpengalaman meracik taktik dibandingkan Bima Sakti yang terkesan masih begitu polos.

Kenyataan ini membuat rasa khawatir bagi skuat Garuda karena laga-laga di depan harus berhadapan dengan Thailand dan Filipina yang ditangani pelatih lebih berpengalaman lagi seperti Sven Goran Eriksson (Filipina) dan Milovan Rajevac (Thailand). Bahkan laga terdekat melawan Timor Leste di GBK Jakarta, Selasa (13/11/18) menjadi laga hidup mati bagi Bima Sakti dan Skuat Garuda.   

Kekalahan yang harus bisa membuka mata bagi Timnas Garuda untuk kembali bangkit dan mulai lagi berjuang mempertahankan kehormatan negeri.

Bravo Merah Putih.

#hensa #kompasiana 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun