Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | [Cemburu] Aku Cemburu Kepada Malaikat

3 November 2018   08:17 Diperbarui: 3 November 2018   08:47 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Modelrambut.co.id

Rambutnya hitam tergerai hingga pundaknya. Matanya tajam seakan menghujam hati setiap relung yang terdalam. Bibir ramah yang selalu tersenyum saat bicara dan jika tertawa renyah membawa rasa gembira. 

Berada di sisi gadis ini ada rasa nyaman dan bahagia yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sudah sejak SMP aku sebenarnya menaruh hati kepadanya namun belum punya keberanian mengungkapkan rasa hati hingga lulus SMA ini.

"Lulus SMA mau lanjut kuliah dimana Hen?" tanya Erika sambil melempar senyum manisnya. Kata-kata itu dia ucapkan usai hari kelulusan Sabtu itu di Aula Sekolah yang sebentar lagi akan kami tinggalkan.

"Aku nanti mungkin kuliah di Bogor. Bagaimana denganmu. Dulu kamu pernah bilang mau kuliah di Yogya."

"Iya aku kuliah di Yogya. Itu artinya nanti kita akan berpisah." Erika mengucapkan kalimat tersebut sambil tertunduk. Hening beberapa saat hanya angin semilir bertiup melalui kisi-kisi jendela, menyentuh rambut panjang Erika sehingga menutupi  keningnya.

Aku mencoba menebak perasaanya dan saat itu ada rasa yakin kalau Erika juga mencintaiku. Namun demikian anehnya masih saja aku belum berani mengutarakan cintaku.

Aku memandang wajah cantiknya yang memiliki mata yang teduh itu. Erika masih tertunduk dan ada setitik air mata jatuh di pipinya. Mungkin dia membayangkan berpisah denganku dalam waktu yang lama.

"Rika kenapa kamu menangis?" tanyaku. Erika hanya menggelengkan kepalanya sambil mencoba tersenyum. Memang dasar gadis cantik saat menitikkan airmatapun senyumnya masih tetap manis.

"Hen kita nanti berjauhan.." suara Erika lirih tersendat hampir tak terdengar. Kini aku mengerti perasaanya dan meyakinkanku bahwa benar Erika juga mencintaiku. Apakah ini saatnya aku mengucapkan rasa cintaku padanya? Namun masih saja bibir ini terkunci rapat tidak berdaya mengucapkan tiga patah kata tersebut. Tanpa disadari Aula itu sudah mulai sepi dan tinggal kami yang masih berada di sana.

*****   

Bandara Soekarno Hatta pagi itu mulai ramai. Erika masih memandangku dengan haru. Matanya seperti berharap agar aku segera mengutarakan cinta. Namun aku masih tetap membisu benar-benar tidak berdaya. Lidahku seakan kelu. Padahal aku tahu, Erika mencintaiku. Ini bisa kurasakan dari genggaman tangannya yang erat seolah tidak mau melepaskan diriku ketika kami berpisah di Bandara itu.

"Hen, aku pergi dulu.." tatapan mata Erika sangat sendu penuh kesedihan. Tidak ada air mata lagi saat itu seolah Erika ingin menunjukkan ketegarannya. Senyumnya juga menunjukkan  dia memang harus tegar.

Pesawat itu menerbangkannya ke Yogya secepat itu sehingga aku sudah tidak sempat lagi mengatakan cintaku kepada Erika. Namun hingga kini pesawat yang membawanya tidak pernah sampai di Yogyakarta. Erika adalah salah satu korban musibah itu. Erika sudah direngut oleh Malaikat itu. Erikaku, Erika cintaku, Erika sayangku, Erika yang tidak pernah sempat mendengar kata cintaku harus pergi untuk selamanya.

*****

Senja sudah semakin menua. Aku masih duduk di Beranda itu ketika seorang berseragam dokter menyapaku namun tidak aku hiraukan. Bahkan aku malah membentaknya. "Aku cemburu kepada Malaikat Pencabut Nyawa. Aku benci kematian!"

 Bentakan itu membuatku harus berurusan dengan para lelaki kekar yang bertugas sebagai skuat Pengaman. Aku harus kembali bermalam di Ruang Isolasi bagi kategori Pasien yang membahayakan di Rumah Sakit Jiwa itu. Aku memang sudah gila. 

#hensa #kompasiana  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun