“Hai Hensa!” suara Erika menyapaku yang sedari tadi sudah menunggu di Taman itu.
“Hai Rika” kataku. Gadis cantik ini dengan seragam putih abu-abu memiliki wajah yang teduh, senyum yang ramah. Tutur katanya tertata dengan bijak. Aku menyukai matanya yang tajam dan bening jika sedang tersenyum mata itupun ikut tersenyum. Cerdas, cantik dan ramah wah luar biasa. Siapa lelaki yang berhasil memiliki hatinya? Dialah yang paling bahagia dalam hidupnya.
“Hensa, kamu melamun ya?” suara Erika mengagetkanku.
“Oh enggak enggak eh iya ada apa nih Rika kita ketemuan di sini?” kataku gugup.
“Tidak ada apa-apa sih. Aku hanya ingin meluruskan kejadian malam Minggu kemarin. Wina sudah cerita!”
“Oh iya?”
“Hensa maafkan aku ya. Malam Minggu itu aku pergi sama Boy tapi percayalah Boy bukan pacarku” suara Erika menatapku sambil tersenyum. Aku hanya terpana terdiam.
“Rika sudahlah lupakan saja” kataku.
“Oh ya Hen. Pulang sekolah nanti boleh aku ikut gonceng motormu? Motorku masuk bengkel” pinta Erika. Aku menyanggupi permintaan gadis manis ini.
Dear Diary.
Hari ini adalah hari bahagia untukku. Betapa aku bertambah mencintanya. Andai kau tahu Erika. Sungguh wajah cantik itu ibarat telaga yang tenang pembawa tentram. Telaga itu begitu bening dan di tepiannya tumbuh pepohonan penyejuk rasa. Kadang kala burung burung terbang riang melintas di atasnya sementara angin semilir lewat di sisinya. Saat hari masih pagi maka telaga itu masih sunyi namun sebentar siang lihatlah akan banyak kumbang terbang menjelang.