Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Johan Cruyff dan Piala Dunia 1974

28 Maret 2016   13:41 Diperbarui: 10 November 2022   06:28 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Johan Cruyff 1974 (Foto: budisatriabbf.blogspot.co.id/)"] [/caption]Sang Legenda Mr. 14

Membicarakan seorang legenda tidak pernah habis-habisnya. Nama lengkap pemain Legenda ini adalah Hendrik Johannes Cruijff lahir di Amsterdam, Belanda, 25 April 1947. 

Boleh dikatakan bahwa puncak karirnya sebagai pemain adalah ketika Johan Cruyff mengantarkan Timnas Belanda melaju ke final melawan Jerman Barat pada tahun 1974. Hal ini juga merupakan fakta sejarah bagi Negeri Kincir Angin ini pertama kali menjadi finalis Piala Dunia. 

Walaupun akhirnya Belanda tidak berhasil menjuarai Piala Dunia 1974 karena dikalahkan Jerman dengan 1-2, namun fenomena total football saat itu menjadi pembicaraan banyak orang di kalangan para penggemar sepak bola dunia. 

Belanda, walaupun hanya menjadi juara kedua, namun jauh lebih populer dibandingkan Jerman Barat Sang Juara yang saat itu menjadi Tuan Rumah Piala Dunia tahun 74. 

Johan Cruyff adalah pemain yang memiliki kemampuan menerjemahkan filosofi total football Rinus Michel, Sang Pelatih Tim Oranye, sekaligus penemu total football. 

Klub pertama yang dibela oleh Cruyff adalah Ajax Amsterdam mulai tahun 1964 sampai dengan 1973. Selama memperkuat Ajax, ia telah berhasil mencetak 190 gol dari 240 pertandingan yang diikutinya. 

Klub kedua yang pernah diperkuat Cruyff adalah Barcelona mulai tahun 1973-1978. Tampil sebanyak 143 pertandingan, Cruyff berhasil mencetak 48 gol untuk Barcelona. 

Sempat antara kurun 1979 sampai 1981 memperkuat klub Amerika Serikat yaitu Los Angeles Aztecs dan Washington Diplomats. Karirnya di Timnas Belanda sendiri dimulai sejak tahun 1966. 

Mencetak 33 gol selama memperkuat Timnas Belanda dengan penampilan 48 kali. Puncak karir Johan Cruyff pada saat memperkuat Belanda dalam final Piala Dunia 1974 saat itu usianya mencapai 27 tahun.

Perjalanan Cruyff Si Mr. 14 (Nomor punggung 14) bersama Timnas Belanda pada Piala Dunia 1974 dimulai saat mereka mengalahkan Uruguay dengan 2-0 di Grup 3 yang saat itu ditempati juga oleh Bulgaria dan Swedia. 

Pada pertandingan berikutnya Belanda ditahan 0-0 oleh Swedia namun pada pertandingan akhir mengalahkan Bulgaria dengan skor 4-1. Belanda memuncaki Grup 3 dengan poin 5 dan gol rata-rata 6-1. Pada babak kedua Belanda masuk Grup A bersama Brasil, Argentina dan Jerman Timur. 

Brasil saat itu adalah Sang Juara Bertahan Piala Dunia 1970. Saat inilah Brasil harus tersisih dari perebutan tempat ke final setelah dikalahkan Belanda dengan skor telak 0-2. 

Gol Belanda dicetak oleh Neeskens menit ke-60, lalu lima kemudian Johan Cruyff mencetak gol kedua. Sebelumnya di Grup A ini Belanda menghancurkan Argentina dengan 4-0. 

Cruyff mencetak dua gol menit ke 11 dan ke 90 sedangkan dua gol lainnya dicetak oleh Rudd Krol dan Jhoni Rep. Masing-masing di menit ke 25 dan 73. Sedangkan Jerman Timur harus mengakui keunggulan Belanda dengan skore 0-2.

Tiga kemenangan ini mengantar Belanda bertemu Jerman Barat di Final. Gol yang dicetak Belanda selama putaran kedua ini adalah 8 gol tanpa kebobolan. 

Total sebelum final Belanda sudah mencetak 14 gol dan hanya kebobolan 1 gol. Dari data ini sudah bisa dilihat bagaimana ampuhnya total football racikan Rinus Michel yang diterjemahkan secara sempurna di lapangan oleh seorang Johan Cruyff. 

Saat itu di Indonesia, Piala Dunia FIFA 1974 disiarkan langsung oleh TVRI yang merupakan pertama kali stasiun televisi tersebut menayangkan total 38-pertandingan. 

Belanda menghadapi Jerman Barat pada 7 Juli 1974 di Olympiastadion Muenchen untuk memastikan siapa yang terbaik dan berhak menggondol Piala Dunia berupa trofi karya pematung Italia, Silvio Gazzaniga. Trofi berbentuk dua pria yang mengusung bola dunia itu dibuat dari emas campuran 18 karat dengan berat 11 pound dan tinggi 20 inci.

Pada saat jutaan penonton dunia antusias termasuk para pemirsa TVRI dan sekitar 75.200 penonton tuan rumah terkejut saat Belanda unggul lebih dulu pada menit kedua, bahkan saat itu belum satu pun pemain Jerman yang menyentuh bola. Tendangan penalti Johan Neeskens berhasil membuat Belanda unggul 1-0. 

Penalti diberikan Wasit karena Ulli Hoeness melanggar Johan Cruyff yang berhasil menerobos daerah penalti Jerman Barat. Penalti ini merupakan penalti pertama dalam sejarah final Piala Dunia. 

Namun pada menit ke-25, Jerman berhasil menyamakan kedudukan, juga lewat titik penalti, setelah Wim Jensen menjatuhkan Bernd Holzenbein. Paul Breitner yang menjadi Algojo berhasil menyamakan kedudukan jadi 1-1. 

Gol emas Jerman Barat dicetak oleh Bomber mereka Gerd Muller dengan tendangan membalikkan badan dari sudut sempit ke pojok kanan tiang gawang Jong Blood pada menit 43. Hingga pertandingan usai kedudukan 2-1 untuk Jerman Barat.

Pada Piala Dunia 1974 ada dua pemain yang menonjol dan sangat populer di kalangan sepakbola dunia. Saat itu memang masanya Johan Cruyff dan Franz Beckenbauer. 

Kedua nama yang menjadi legenda di dunia sepak bola ini sukses mengantarkan negara mereka masing-masing ke laga final Piala Dunia 1974 di Munich. 

Jerman Barat bertemu dengan Belanda untuk menentukan siapa yang akan keluar sebagai juara. Meski tertinggal lebih dulu, Jerman Barat mampu membalikkan keadaan untuk mengklaim mahkota dunia kedua mereka. 

Mereka mengalahkan Belanda sebagai salah satu favorit juara. 

Belanda memang kalah dalam final tersebut namun total football baru saja lahir dan kemudian berkembang dan menitis pada tim-tim yang pernah diarsiteki oleh Rinus Michel dan Johan Cruyff. 

Barcelona dan Timnas Spanyol merupakan klub dan Timnas yang sangat kental menggunakan filosofi total footballnya Rinus Michel. Mereka menyebutnya dengan nama Tiki-Taka. 

Entahlah yang jelas Pep Gurdiola merupakan pelatih yang saat ini masih aktif menjalankan filosofi total football Sang Guru yaitu Johan Cruyff. Bahkan seorang Frank Rikarrd pun adalah salah satu murid terbaik dari Sang Legenda Johan Cruyff yang berhasil menerapkan total football ketika melatih Barcelona. 

Membicarakan seorang Legenda memang tidak pernah habis-habisnya. Apalagi Legenda Sepakbola seperti Johan Cruyff tidak akan pernah bosan untuk membaca dan mengenang kembali saat-saat dia menjadi dirigen kesebelasan The Orange dalam Piala Dunia 1974. Sungguh kenangan yang tidak pernah terlupakan. 

Kapan Indonesia memiliki Legenda seperti Johan Cruyff? Tidak tahu kapan, selama sepak bola kita masih hobi dengan konflik dan mati suri seperti ini maka jangankan legenda mungkin Timnas saja tidak akan pernah ada.

Sumber Bacaan Wikipedia dan berbagai sumber. 

 

Bandung 28 Maret 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun