Mohon tunggu...
henry satyadi
henry satyadi Mohon Tunggu... -

I was born in a simple little family and educated nicely by my parents until i can reach this step in university majoring in architecture. I declare myself as a nationalist! little things that I've done was dedicated to my beloved God by my calling to this country, Indonesia. no matter how bad, how rude, how dangerous, even deadly, i can re-assure all of you, that Indonesia will always got my back ups. But, me myself will not disgrace any other country and saying Indonesia is the only best. I think each country got its own definition about it's people perspective in order to a nationalism. While me, will be saying my country, Indonesia is a land of wonders! I love peace, oh yes, i fight for that. I love friendship, i believe everyone should be together, at least paired! I love to share and affect people because i was grown by those lifelines, shared and affected. Just as if you like to be listened, listen. I love art. art is my passion in creating something as i learned to be creative. I love culture, especially Indonesian. To see the culture, for me is just like you travel through time without a wormhole. Understand it just like love. Apply it just like having a crystal clear picture for the future. I would be pleased to learn from life, while sometimes books will help me to reassure my own definitive theory about my life itself. And above all... I love my God, all the time, which He has defined me with a vision just as i am now and empowering me with wonders beyond wonders that i cant even imagine what would i be without it.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kebisuan Sebuah Terima Kasih

14 Januari 2010   02:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bila kita kembali kepada masa seorang saya dilahirkan...
dan meruntut setiap detil kehidupan yang telah dilalui,
bersama keluarga, bersama teman, bersama Tuhan,
adakah suatu segmen kehidupan yang terlupakan?
sebuah segmen yang menjadi tempatnya,
bagian mendasar setiap lembar sejarah hidup kita..

dalam hidup saya,
segmen ini sempat tertinggal, sempat terlupakan,
sempat dibunuh..

namun, seiring dengan memudarnya warna setiap helai rambut saya,
suatu epifani menampar pipi kanan dan kiri dan menggoncangkan diri saya

lalu kesadaran mendadak akan kenyataan tersebut membuat saya mengatakan

inilah rumahku

inilah bagian jiwaku

inilah relung terdalamku
di dunia

karena ku sadar, akhirat bukanlah milik ku

di palung terdalamnya aku pernah tenggelam
dan menemukan spesies baru bernama aku

di tatar ini aku pernah hidup
menggoreskan tinta-tinta warna kehidupanku
dari merah, biru, hijau, kuning, hitam dan putih.

di ranah ini aku juga pernah meronce untaian manikam-manikam
manikam indah yang mungkin pernah melukaiku saat ku meroncenya

dan

di tanah inilah, aku pernah dan akan terus terpanggil..

menemukan diriku sebagai pribadi
memungut masa depan yang ditawarkannya
mengukir sejarah hidupku yang tertoreh oleh tinta dan memahatnya dalam prasasti abadi

bukan hanya semata-mata
namun karena mahakarya itu menembus batas manusia ku

mengiris tajam setiap kali ku berkata tidak dalam panggilannya

sampai pada akhirnya,
saat siang ini aku memahat
tidak ada satu pun
tidak ada sepatah pun
juga
tidak ada apa pun
yang membuatku mengatakan

tidak

ataupun

buruk

ataupun

biarkan

bahkan mungkin sampai-sampai membisukan lidahku

hanya untuk menyampaikan
terima kasih terbesar
kepada Khalik
yang membentangkan di depan pelupuk mataku

sebuah zamrud khatulistiwa

bernama

Indonesia

(written 17th Sept 2009)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun