Mohon tunggu...
Henry Praherdhiono
Henry Praherdhiono Mohon Tunggu... Dosen - Teknologi Pendidikan

Sejak pertama mengandrungi dinia pendidikan, bermula dari kesulitan yang saya alami pada saat belajar fisika di S1 Fakultas Saintek Unair Surabaya. Setelah itu betekad untuk memudahkan belajar fisika untuk orang lain dengan masuk di S2 Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Ibarat mobil sudah terlalu laju dan sulit mengerem kegandrungan ke dunia belajar dan pembelajaran saya justru tersesat dijalan yang benar dalam menempuh S3 Teknologi Pembelajaran ditempat yang kucintai .... dimana saya mengabdi di sana. Garis hidup yang indah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berjudi (kah) dalam Keberterimaan Informasi?

18 April 2022   09:20 Diperbarui: 18 April 2022   09:52 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah anda jengkel disaat informasi anda tidak diterima? Pertanyaan ini sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada pemberi informasi saja, namun juga terhadap sistem secara keseluruhan. Informasi tidak berdiri sendiri, namun seluruh komponen mulai dari bagaimana informasi itu diolah sampai pada persepsi ditangan pengguna terlibat dalam sistem informasi. 

Andaikata sebuah informasi telah melenceng dari data, ada kemungkinan dalam pemilihan informasi untuk dipublikasikan telah mengalami penolakan bahkan ditolak. Namun hal tersebut hanya dalam sebuah sistem, belum tentu sebuah sistem yang memang memproduksi hoax, justru informasi fakta akan tertolak. Jadi kenapa jengkel informasi yang dibuat tidak diterima? Kita harus bertanya balik ini sistem informasi yang bagaimana ? 

Informasi berkenaan spiritual-pun juga mengalami penyaringan. Kebetulan saya membaca agama tertua di jawa yaitu kapitayan. Dalam agama kapitayan tuhan yang disembahnya merupakan tuhan yang tanpa wujud, dan tuhan yang membuat jagat raya beserta isinya. Dia-lah Tuhan yang tidak ada tetapi ada. 

Kapitayan banyak dianut oleh masyarakat biasa di tanah jawa. Sehingga seluruh agama yang masuk ke tanah jawa telah mengalami penyaringan informasi yang sangat ketat. Hindu, Budha, Kristen dan Islam dengan informasi spiritual yang dibawa pendakwahnya, tidak serta merta diterima oleh masyarakat jawa. 

Informasi-informasi tidak bisa secara langsung diterima, penyaringan tersebut mengakibatkan sebagian informasi ditolak. Penyaringan terjadi akibat penerima informasi telah memiliki pengetahuan sebelumnya yang serupa hingga sama dengan informasi yang baru.

Apakah informasi yang diterima benar-benar karena sesuai dengan kebutuhan penerima? Walaupun pertanyaan ini sangat konyol, namun sebagian masih banyak yang mempertanyakan. Berkali-kali kita punya pengalaman dengan iklan, propaganda, bahkan mungkin punya pengalaman yang lebih ekstrim yaitu ancaman, teror hingga intimidasi. 

Kasus informasi tahun 1997, 1998 dan sekitaran itu, muncul informasi tentang Ninja pelaku pembantaian. Bayangkan generasi pemuda tahun 90-an mendadak harus bersiaga satu dan menjadi orang dengan temperamen tinggi saat menghadapi tamu. Bukankah bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah kepada siapapun. 

Saling mencurigai menjadi kebutuhan semu dikala itu. Informasi tentang diskon 90% di toko online, sanggup menggetarkan hati emak-emak, untuk merogoh kantong demi sebuah belanjaan yang entah berguna atau tidak.

Teori peluang bisa digunakan untuk pertimbangan eksekusi informasi. Tidak ada yang menjamin informasi akan diterima atau ditolak oleh penerima. Namun usaha dan pengelolaan informasi dan sistemnya bisa menjadi cara memperbesar peluang diterimanya sebuah informasi. Informasi tentang kesehatan akan lebih diterima oleh khalayak apabila dikelola oleh sistem informasi yang dikelola oleh ikatan/asosiasi medik. 

Informasi mengenai barang yang diperjual belikan akan lebih mudah diterima pasar, apabila dikelola oleh marketplace. Tapi, yang perlu digarisbawahi, hal tersebut bukan kepastian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun