"Sebentar!" ujarnya melanjutkan, "Yang ini!"
Ditunjuknya tembakau rasa anggur. Pak Parjo tampak ragu dengan apa yang diinginkan Ujay.
"Yakin!!!"
"Hmmm."
Sesaat, Harun datang dan mendekat.
"Tunggu!" sergahnya.
"Eh... Tahu apa kamu, Run!" timpal Ujay meremehkan.
Harun menyodorkan dua batang rokok racikannya. Ujay memilih yang berbaret Ungu. Sesaat ia memantik dan membakar, lalu dihisapnya dalam-dalam. Terdengar lirih, "Whuuuhhhh.' Kemudian, geleng-geleng. "Nikmatnya!!!" ujar Ujay dan Pak Parjo mengernyit.
"Run!!! Tolong. Kasih tahu resepmu."
Sesaat, tak berselang lama Harun memberi Ujay secarik kertas yang berisi resep dari dua batang rokok yang diraciknya tadi.
Tiga minggu berlalu, batang hidung Ujay belum juga tampak di warung Pak Parjo. Harun dan Pak Parjo serasa kehilangan sosok yang dianggap unik dan cenderung agak lain itu. Entah kenapa, sore itu, Pak Parjo berniat menutup warung lebih awal. Ada yang ingin diutarakan tentang sesuatu kepada Harun menyangkut masa depannya. Tak berselang lama kepala desa datang. Berniat membeli tembakau rasa anggur lagi.