Mulanya, Pak Parjo menelepon sahabat lamanya. Mengorek informasi tentang tembakau aneka rasa. Sahabatnya itu lebih dulu mendulang sukses di dunia tembakau aneka rasa.Â
Suatu hari sahabatnya itu mengenalkannya pada distributor tembakau aneka rasa. Karena modal yang dimiliki masih kecil. Dan Pak Parjo belum bisa membeli tembakau dalam jumlah besar sesuai ketentuan, akhirnya ia putuskan mengecer dulu dari tembakau milik sahabat lamanya itu.
Perlahan tapi pasti, begitulah Pak Parjo bergerak. Ia tak mengira tembakau aneka rasa yang dijualnya laris manis. Tua dan muda berbondong merapat. Memilih, mencium, dan mencicipi sedot demi sedot tembakau tester aneka rasa yang memang disediakan gratis. Sejak saat itu, Pak Parjo putuskan mulai membeli tembakau aneka rasa dalam jumlah besar langsung kepada distributor.
Meracik rokok tester tembakau aneka rasa bukan perkara mudah. Tidak semudah membalik telapak tangan. Oleh sebab itu, tak jarang Pak Parjo sering kena omel dari pelanggan setianya yang meniru racikan rokok.Â
Tudingan kerap kali datang. Ada yang bilang, kalau tembakau yang dijual itu, adalah palsu. "Ei! Seumur-umur menjual tembakau, belum pernah aku mendapat macam apa wujud tembakau palsu," ujarnya mengeluh sembari garuk-garuk gundul. Pelanggan setia Pak Parjo memang dikenal memiliki keunikan dan cenderung agak lain.
Salah satunya bernama Ujay. Usianya sepantaran Harun. Ia pelanggan setia Pak Parjo yang kerap eksperimen mencampur tembakau dengan saus yang aneh-aneh. Awalnya Ujay membeli tembakau rasa orisinal. Kemudian mencampurnya dengan saus terbuat dari saripati bunga mawar.Â
Alhasil. Rasanya seperti rokok putihan beraroma dupa. Padahal, ia berharap bisa sama seperti rokok Kudus yang terkenal wangi itu. Ujay tidak tinggal diam. Percobaan kedua masih dengan racikan yang sama seperti di awal tadi, kali ini hanya saja Ujay menambahkan saus cengkeh orisinal.Â
Ia yakin sekali, yang ini pasti berhasil. Pilihannya cuma dua. Kalau enggak rasa rokok khas Kudus pasti rokok rasa Kediri. Ujay segera memantik racikannya. Dihisapnya dalam-dalam. Ia terkejut. Matanya melotot. Ujay tak percaya, tembakau sangit dengan aroma kayu bakar yang ia dapatkan. Sesaat Ujay batuk-batuk.
Siang itu, Ujay bergegas ke warung Pak Parjo dengan perasaan merah murka. Tidak ada kata basa-basi. Ia langsung menuduh tembakau Pak Parjo kedaluwarsa. Sebelumnya. Tudingan tembakau palsu sudah pernah gagal. Kali ini Pak Parjo menunjukkan nota pembelian. Terbukti, saat Ujay membeli tembakau itu, tembakau Pak Parjo baru datang 2 hari sebelum Ujay meminangnya.
Bukan Ujay namanya kalau gampang menyerah begitu saja. Semangat juang menemukan racikan yang sesuai dengan seleranya masih terus bergelora. Ia mulai melirik beberapa tembakau untuk bahan percobaan lagi. Pak Parjo tidak tinggal diam.
"Apalagi?"