Tumino menjawab ringkas, "Aku memang bajingan, tapi Darsono lebih bajingan dariku. Apakah penghianat masih punya hak mendapat kesepakatan. Tidak ada dalam buku mana pun tentang hal itu."
Mulut Joniman bergetar, matanya tajam melotot. Badri tidak kuat menahan bibirnya, "Tega sekali kau Tum."
"Sukarjo," tukasnya singkat.
"Tumino sudah tiada. Yang ada di depanmu hanya Sukarjo," ujarnya lagi sembari berulang-ulang jari telunjuk menempel di dada Badri. Lalu kemudian bergegas pergi. Joniman dan Badri masih tegak berdiri di depan rumah kosong itu dengan tatapan kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H