2300 MDPL Lebih Dua Menit
Angin bertiup sangat kencang di puncak gedung kampus paling tinggi lantai 5. Sesosok laki-laki jangkung duduk mendekap kedua kakinya di atas genteng. Rambutnya yang gondrong melambai-lambai sedang sorot mata tertuju langit merah yang siap menyambut kumandang azan magrib.
Doni menatap kawannya itu dari balik pintu. Sudah 3 hari setiap menjelang sore Joni duduk termenung seperti itu. Dalam hati, ingin sekali Doni menyapa tapi niatnya selalu gagal.
***
Bunyi lirih besi stainless benturan panci dan kompor kamping singgah di telinga Doni. Sontak ia terbangun. Pandangannya langsung ke arah Joni yang sedang berkemas-kemas di tas hitam besar menganggak seperti mulut tombro yang siap menyambar pelet. Tahu kawannya terbangun Joni memberi isyarat kedutan mata dan melempar senyum pada Doni.
"Beres, Don." Ujar Joni pelan.
Doni tidak menjawab dia masih duduk heran menatap Joni. Tapi Joni masih melempar senyum, dia tahu belum lengkap tujuh nyawa kembali ke raga.
Pagi itu kampus sangat sepi hanya ada mereka berdua saja di gedung paling tinggi tepatnya di salah satu UKM. Maklum sekarang jadwal libur akhir semester jadi wajar jika hanya ada mereka dan satpam.
Doni coba tanya dengan suara agak serak, "Jon. Mau pergi ke mana?"
"Ikut Don!" timpal Doni.
"Rencana nanjak ke mana?" tanya Doni lagi.
"Tipis-tipis aja. Gimana ikut?" tanya Joni balik.