Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Asal Bapak Senang

11 Juli 2023   15:01 Diperbarui: 11 Juli 2023   15:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalkan nama saya Raden. Teman-teman biasa panggil saya juga sama, Raden. Tidak ada panggilan khusus untuk saya walaupun terkadang saya orangnya agak aneh, tetap saja saya dipanggil Raden.

Tapi saya tidak pernah mempermasalahkan sebuah nama, asal teman-teman suka saya sudah senang walau dipanggil bukan dengan sebutan Raden.

Saya orangnya low profil, penampilan gitu-gitu saja. Usia sudah 35 tahun. Wajah dibilang ganteng. Tidak. Jelek juga tidak. Pokoknya pas-pasan saja. Banyak teman bilang saya terkesan punya karisma cuek.

Hubungan asmara, saya tidak mengenal apa itu pacaran. Karena setiap hari saya sangat tahu, kakak pertama saya selalu akting ketika pacarnya bertanya. "Sudah makan kah abangku sayang?" kakak saya selalu terburu-buru ambil piring pura-pura mau makan. Padahal ibu jarang sekali masak karena tidak ada yang bisa dimasak. Jadi saya tidak ingin merepotkan diri karena pacaran.

Dan apakah saya tidak tertarik dengan wanita. Tentu sangat tertarik. Tapi bukan itu masalah yang ingin saya ceritakan.

Sudah dua bulan saya tidak lagi menganggur. Saya sudah kerja di perusahaan kertas bekas. Ya. Betul. Kertas bekas yang sudah tidak dipakai lagi. Tapi, kertas bekasnya impor, karena kertas bekas dalam negeri tidak cukup untuk kebutuhan daur ulang.

Saya ada di bagian pemilahan. Tugas saya memisahkan mana yang betul-betul kertas dan mana yang kertas ada lapisan plastiknya. Bila beruntung, satu jam saya bisa dapat 4 kg kertas bersih. Tapi bila tidak, bisa dapat satu sampai dua kilogram saja. Memisahkan plastik dari kertas tidak mudah, bila kesal langsung saya buang saja. Saya harus kejar target karena 8 jam kerja harus dapat 55 kg kertas bersih.

Perusahaan kertas tidak sebesar apa yang dibayangkan. Tidak ada alat sensor, semua serba manual. Pernah suatu ketika di minggu kedua hingga minggu keempat saya bisa dapat 60 kg sampai 70 kg. Itu artinya lebih dari target harian. Akhirnya wajah saya nampang di mading dan jadi pekerja favorit 3 minggu berturut-turut.

Selain penghargaan di mading, saya juga dapat bonus amplop berwarna coklat terang yang tentu dalamnya sudah bisa ditebak pasti uang.

Di sini masalah muncul, ternyata banyak yang tidak suka saya kejar target. Padahal hasil bonus dari target itu saya sering berbagi dengan mereka yang tidak suka saya. Ternyata itu tidak cukup.

Mandor saya pun juga sama. Ikut-ikutan tidak suka saya seperti itu. Saya disuruh ikut yang lainnya nggak usah kejar target kurang pun tak apa. Nanti untuk laporan biar mandor yang urus. Di sini saya semakin tidak mengerti apa maksudnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun