Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran Kedua, Tanpa Mantra

30 Mei 2022   12:42 Diperbarui: 30 Mei 2022   15:54 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemudian, ia gerakan telapak tangannya seperti mengayun. Ember sengnya mengikuti isyarat itu, turun hingga menyentuh permukaan air sumur. Lalu, ia gerakan lagi jari jemarinya, sesaat ember itu sudah terisi air.

Beberapa detik kemudian, ia membalik telapak tangan mengayun-ayun ke atas, dan ember pun perlahan naik hingga sejajar tepat di bibir sumur. Ember itu, benar-benar taat pada tuannya. Tak lama Dewandaru meraihnya dan, "Byuur." Terdengar suara air dituangkan ke dalam gentong tanah liat. Ia pun mengulangnya persis seperti itu hingga gentong penuh terisi air.

Ki Kebomas mendengar apa yang dilakukan Dewandaru, merasa ada yang kurang di telinganya. Ya, sangat jelas sekali tak terdengar suara kerekan sumur. Kepalanya terlihat menggeleng.

"Selesai Kek." Ujar Dewandaru.
Ki Kebomas beranjak dari tungku perapian mendekati cucunya, "Kakek mau ambil daun singkong, tomat dan lombok. Kamu lanjutkan bersih-bersih rumah ya. Jangan lupa, tuh." Sambil menunjuk pojok-pojok langit rumah, banyak sarang laba-laba.

"Siap, Kek. Serahkan sama Dewandaru, pasti semuanya beeersih." Jawabnya penuh semangat.  Mendengar itu Ki Kebomas tersenyum dan bergegas menuju kebun yang ada di samping rumah.

Sesaat, bocah cilik itu pun segera meraih sapu lidi, lalu diambilnya tongkat bambu sepanjang 2 meter. Diikatnya sapu dan tongkat itu hingga terlihat panjang mencapai 3 meter. Dengan segera ia mulai membersihkan sarang laba-laba di pojok-pojok langit rumah.

Baru saja selesai di salah satu pojok langit, terlintas di pikirannya dan bergumam, "Kenapa aku harus repot-repot seperti ini. Bukankah ada kesaktian yang bisa ku manfaatkan." Seraya meletakan tongkat dan sapu yang digunakan tadi.

Lagi-lagi ia gunakan kesaktiannya. Kali ini, Dewandaru memerlukan kedua tangan untuk membersihkan sarang laba-laba. Ia bentangkan kedua tangan, diarahkannya pada setiap pojok langit rumah. Ia gerakan telapak tangan kanan seperti gerakkan menyapu. Pelan-pelan terlihat sarang laba-laba melayang dan terkumpul menjadi satu.

"Wah. Sangat mudah dan cepat." Gumam hatinya. Tak lama, terlintas lagi di pikirannya, untuk sekalian membersihkan rumah dari debu-debu yang menempel. Kali ini, ia benar-benar sangat menguasai kesaktiannya.

Dibiarkan dulu sarang laba-laba melayang-layang, sembari telapak tangan mengayun mengumpulkan debu-debu menjadi satu bersama sarang laba-laba itu tadi. Kemudian, ia menggiringnya hingga keluar rumah dan meletakkan tepat di atas dedaunan yang rontok.

"Beres sudah." Celetuknya seraya bergegas masuk rumah. Dilihat Kakeknya pun telah kembali dari kebun samping rumah. Ki Kebomas segera mencuci daun itu lalu merebusnya. Dewandaru merapikan tongkat dan sapu lidi pada tempatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun