Suasana di rumah Kancil kali ini betul-betul sangat sepi. Suara ramai celoteh anak-anak yang selalu menghiasi sepanjang malam kini berpindah ke pondok Paman Uwa-Uwa.
Sepi dan sendiri, hal itu tak membuat Kancil bersedih, karena dia kini sedang mengusahakan suatu rencana untuk sahabatnya Uwa-Uwa. Mempertahankan keberadaan dan populasi Uwa-Uwa yang kian hari kian berkurang.
Berkurangnya populasi Uwa-Uwa itu sendiri karena memiliki banyak penyebab, yang salah satu penyebabnya karena trauma mendalam saat terjadi peperangan di pesisir pantai rimba raya.
Peperangan yang terjadi saat itu, membuat beberapa dari mereka untuk berpindah tempat. Sedang mereka yang mencoba bertahan tak ikut berpindah tempat, lebih memilih untuk berjuang melakukan perlawanan.
Namun, kini keadaan telah berubah, keadaan pesisir pantai tak seperti dulu. Peperangan yang pernah terjadi sudah tak lagi ada. Pesisir pantai kini menjadi wilayah yang damai dan subur.
***
Di malam yang berhawa dingin ini Kancil mengumpulkan beberapa ranting kayu untuk dijadikan api ungun kecil. Lalu dia pun menyiapkan beberapa sajian camilan. Sajian untuk menyambut beberapa sahabatnya yang akan datang.
Tak lama baru saja dia merebahkan badannya, Kampret, Lajaluka, Bajing, Musang Luwak dan Garangan terlihat dari kejauhan menghampiri kediamannya. Sontak membuat Kancil bergegas berdiri menyambut kedatangan para sahabatnya ini.
"Sesuai rencana" katanya sambil menyalami sahabatnya satu-persatu. Mereka pun manggut-manggut mendengar sambutan kata itu.
"Bersantai-santailah dulu, aku buatkan minuman jahe hangat untuk kalian semua" ujar Kancil.
Sambil membuat minuman jahe hangat, dilihatnya lima sahabatnya ini saling mengobrol satu sama lain. Terkadang terdengar tawa yang menggelegar.
Kampret yang sambil mengunyah buah apel mengumam, "Shyebhyenernya aphya yang dhyiryencyanyakhyan Khyancyil ?", krauk, krauk, terdengar kunyahan itu.
Lajaluka geleng-geleng kepala menyahuti "Habiskan dahulu kunyahanmu, kemudian utarakan maksud kata-katamu itu".
Bajing, Musang Luwak dan Garangan tersenyum simpul, terdengar lirih "Haish, haish, Pret-Kampret !!!".
"Uhuk-uhuk, uhuk-uhuk" terlihat tangan Kampret mencoba meraih sesuatu, Bajing pun dengan cepat memberikan gelas bambu ke tangan Kampret. Kemudian Kampret meminumnya.
"Tuh, rasain. Betulkan kata Lajaluka", ujar Bajing mengingatkan. Sedang yang lain tertawa. Dan terdengar lirih suara kampret "aduh, aduh".
Terlihat Kancil membawakan minuman jahe hangat dan membagikannya kepada lima sahabatnya ini. Kemudian duduk merapat, Sambil memijat Kampret "Opo ae toh Pret-Kampret, mbok pelan-pelan makannya. Nanti mau pulang, yang ada di meja ini buat kamu semua deh" ujarnya.
"Ngawur, kamu pikir aku gragas (pemakan segala, apa-apa doyan), diawur saja kalau ngomong" gumam Kampret dengan bibir senyum-senyum.
Kancil dan beberapa sahabatnya tertawa terpingkal-pingkal mendengar ucapan Kampret.
"Gimana-gimana Cil, hal apa yang ingin kau rencanakan dengan mengundang kita semua ini ?" ujar Bajing, memperjelas maksud dan tujuan Kancil mengundang para sahabatnya ini.Â
Kancil mulai menjelaskan duduk permasalah terlebih dahulu, agar kiranya mereka mengerti maksud yang akan diutarakan.
Kancil melihat sepertinya Uwa-Uwa sudah saatnya dipertemukan dengan si Owa jawa. Kita sudah banyak mengetahui, mungkin ini akan terasa berat. Mengingat trauma mendalam yang dialami Owa jawa harus kehilangan anak semata wayangnya akibat perang yang terjadi saat masih melanda wilayah pesisir pantai.
Bagaimana pun beratnya itu, ini tugas kita bersama. Aku tak ingin generasi Uwa-Uwa punah. Uwa-Uwa dan Owa jawa harus bersatu lagi, mereka harus memiliki penerus, untuk melestarikan keberagaman di rimba raya. Tegas Kancil kepada para sahabatnya.
Garangan dan Musang Luwak berpikir keras, kepalanya menunduk, jari-jari tanganya bergerak-gerak pelan. Kampret dan Lajaluka terdiam dan terus memikirkan jalan keluar.
Bajing dengan sorot matanya yang tajam menatap Kancil, kemudian "Kau urus Owa jawa, aku kerahkan Pasukan Gajah dan Pasukan Badak untuk mengawalmu. Bukankah Owa Jawa lebih percaya kepadamu, hanya dirimu yang mampu membujuknya. Sedang aku, Musang Luwak dan Garangan akan membujuk Uwa-Uwa" ujar Bajing menjelaskan.
Kancil dengan sorot mata penuh keyakinan "Pret !!", dengan sambil memegang badannya "dirimu dan Lajaluka segeralah ke alun-alun, persiapkan segala keperluan untuk menyambut bertemunya sepasang kekasih Owa jawa dan Uwa-Uwa. Aku mengandalkan kalian berdua" ujar Kancil dengan penuh kepercayaan tinggi kepada Kampret dan Lajaluka.
Kampret dan Lajaluka yang mendapatkan kepercayaan dari Kancil, terlihat kepalanya manggut-manggut. Bajing, Musang Luwak dan Garangan, siap menjalankan apa yang sudah menjadi keputusan bersama. Semua hal ini dilakukan demi keberagaman binatang-binatang di rimba raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H