Dengan mondar-mandir, Raja Singa masih membisu. Bagaimana mungkin Negeri Belantara Tandus, berdamai dengan Negeri Rimba Raya. Ini suatu hal yang mustahil dilakukan. Apalagi Raja Singa kerap melakukan peperangan di masa lalu.
"Bagaimana yang mulia Raja ?" tanya Pasukan Khusus.
Tak ingin berlama-lama Raja Singa pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah Kancil di dekat air terjun.
Mereka pun mulai berlari. Mengejar waktu sebelum malam. Semoga saat senja sudah berada di kediaman Kancil.
***
"Tak terasa kita hari ini bermain cukup lama ya" ujar Dibal kepada Rase. "Iya, cepat sekali waktu berlalu. Ini sudah mau sore, Padahal kita masih banyak permainan seru." kata Rase membalas.
Terik matahari mulai sedikit berlalu. Permisi bergantian senja menyapa dengan cipratan warna-warna orange.
Tak lama Kancil, datang. "Ayah !!!", teriak Kenti sambil mendekati ayahnya. "Aku punya sahabat baru lucu-lucu seperti kucing, tapi badannya penuh bulu lebat."
Kemudian Dibal dan Gogor mendekati Kancil, dan menyapa, "Paman bolehkah kita menginap di sini, untuk semalam saja" ujar Dibal sambil merayu Kancil dengan mengelus-eluskan badannya ke Kancil.
"Eit, eit, masalah besar nanti ya anak-anak. Kalau Ayahmu marah gimana... Mengetahui kalian tak kunjung pulang. Kemudian kalian di hukum, besok tak boleh lagi bermain jauh-jauh. Hayo gimana ?" tanya Kancil dengan nada seperti mendongeng.
"Ayahku seekor Singa yang baik hati, kok Paman. Dia tak mungkin berani menghukumku, apalagi aku anak yang lincah dan pandai" jawab Dibal dengan meyakinkan Kancil.