"Ini sudah menjadi keputusanku. Bukankah dirimu pernah berkata untuk menghargai pendapat!" desak Bajing kepada Kancil agar rela mengijinkannya pergi ke wilayah timur.
"Aihhhhsss. Andaikan engkau tau maksud hatiku. Menutup pintu masuk wilayah utara dan..." gumam Kancil, yang tiba-tiba Bajing memegang pundak Kancil dan berkata, "Aku percaya padamu sahabatku. Dirimu memiliki kecerdasan dan pengalaman. Di belakangmu ada jenderal Gajah yang tak diragukan lagi keberaniannya. Aku memberikan yang terbaik padamu"Â
Kancil beranjak dari tempat duduk yang terbuat dari potongan batang kayu. Bajing pun ikut berdiri, kemudian berkata "Percayalah..." gumam Bajing meyakinkan Kancil.
Kancil manggut-manggut pasrah dengan keputusan sahabatnya ini.
Bajing pun mendekati jenderal Gajah, "Kawal Kancil dan pasukannya, ikuti apa perintahnya. Kerahkan seluruh kemampuan yang ada" gumam Bajing kepada jenderal Gajah. Gajah pun membelai badan Bajing dengan belalainya.
Kemudian jenderal Gajah dan pasukannya mendekati Kancil, mereka bersiap-siap pergi melangkah ke wilayah utara. Sedangkan Bajing, bersiap-siap melangkah menuju wilayah timur dengan jenderal Badak dan pasukannya.
Tak terasa senja mulai datang, matahari pun mulai tenggelam di ujung barat. Kancil dan Bajing pun akhirnya berpisah. Mereka Menuju pembagian wilayah masing-masing sesuai perundingan. Suara dari kaki pasukan gajah dan pasukan badak yang menggelegar itu terulang kembali. Terdengat sorak sorai dari binatang sekitar meneriakan harapan kemenangan. Langit merah pun menutup kesepian di alun-alun rimba raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H