Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Demi Skripsi, Kejar Kos Murah hingga Gratis, Ternyata!

29 Oktober 2021   08:30 Diperbarui: 29 Oktober 2021   08:33 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Nah, di sinilah awal mula tumbuh rasa curiga.

Terkadang aku mendengar suara air gemercik baik dari kran kamar mandi maupun wastafel cuci piring.

Tapi tentang hal itu aku cuek saja. Mungkin ini rasa kecapekan yang terbawa dari beban skripsi Bab 3.

Memasuki awal bulan ke-5. Mulai bertambah suara-suara misterius aneh. Seperti, gayung air jatuh, suara sendok jatuh, bahkan terdengar suara gelas pecah.

Tapi saat kutengok ke dapur nggak ada apa-apa. Aku masih saja beranggapan mungkin ini rasa capek berlebihan karena beban skripsi sudah mencapai Bab 4, dan sudah mendekati jadwal seminar kompre (komprehensip). Yang kurang dua hari lagi, tepatnya pada hari kamis.

Saat hari selasa itu, sebetulnya aku sudah merasa terganggu suara benda jatuh-jatuh semakin mendekat. Kali ini seperti suara kayu jatuh dari kamar tengah. Namun aku masih tetap untuk berusaha kuat, hingga keesokan harinya.

Tak berlama-lama, aku telepon Uping menyan. Sebaiknya hari rabu bermalam di kosku. Aku butuh bantuannya, karena hari kamis, harus seminar kompre. Aku butuh teman, untuk mengusir rasa gugup, takut, dan cemas.

Dia pun mengiyakan. Tibalah hari rabu itu, aku menyebutnya malam puncak tragedi kayu dipan. Tepatnya pukul 11:15, mulai bunyi kayu dipan jatuh dari kamar tengah. Aku dan Uping yang lagi bagadang di balkon, mulai aneh.

Uping sendiri sudah paham sebenarnya. Dia hanya memunggu moment yang pas.

Kemudian, terjadi suara kayu dipan semakin keras, semakin lama. Membuat bulu kudukku berdiri. Uping pun segera mengeluarkan, kayu menyan dari dalam tasnya. Kemudian dibakarnya kayu itu.

Tercium betul aroma kayu menyan, menyengat. Uping mendadak senyum-senyum. Dia beranjak dari balkon. Menuju kamar tengah. Aku turut mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun