Selain Paijo, aku pun memiliki berbagai teman, baik dari beberapa kampus seperti Brawijaya, UM, UNMER, bahkan hingga IKIP Budi Utomo. Itupun tak lepas karena jasa-jasa dari Paijo. Secara langsung aku memang tak dikenalkannya, tetapi dari ilmu yang kudapat dari Paijo itu yang mampu membuatku mengenal beberapa elemen mahasiswa dari kampus tersebut. Di kesempatan tertentu aku sangat percaya dengan guneman orang tua jawa yang lebih menekankan pada istilah tutur tinular ataupun getu' tular dibeberapa aspek tertentu. Aku sendiri mencoba mengGatukkan ilmu dari Paijo dengan guneman tersebut untuk menjalin hubungan persahabatan.
Walhasil, di saat tertentu pula mereka sering mengundangku untuk sebuah pelatihan mandiri, seperti belajar bersama (sinau bareng) yang berkaitan dengan perkomputeran. Dan tak kupungkiri, dari mereka ada yang bahkan memberiku salam tempel ataupun makan gratis hingga yang lebih ekstrim, terutama jika diundang teman untuk datang kepelosok desanya untuk memberikan pelatihan, biasanya saat selesai pertemuan membawakanku beberapa hasil kebun hingga buah-buahan.Â
Itulah kenapa bila aku sudah menyebut nama Paijo, andaikanku memiliki daya dorong yang kuat, pastilah akan kuantar dia hingga sundul langit. Ada beberapa tips cara melatih otak untuk berpikir ala Paijo dan itu masih terekam jelas melalui pita ingatanku,
"Kemeng jo sikilku mar bal-balan..."
"Wis ngiro aku cak"
"Profesi baru ta jo...?"
"Opo iku cak..."
"Peramal" jawabku,
"Ngowos cak, kene nyelang cangkemmu, ta suwek-suwek ndek kene"
Aku pun tersenyum mendengar gumaman konco kentel ku ini kalau sudah muntab,
"Cak..."