Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Kripik dan Kritik Pedas

6 Oktober 2021   09:04 Diperbarui: 6 Oktober 2021   09:11 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Heeh... ce'congah'e riko"

"Sik ta jo, congah piye sih..."

"Kudune riko yo menunjukan reaksi dari kritikan meang toh, mbuh nesu, mbuh seneng, mbuh piye..."

"Jo... umpomo'o aku bungah, yo, opo ono hasile, lan utowo aku nesu, malah nambah permusuhan"

"Oke, saiki kasus'e, riko dipisuhi, ngene... asu kae, tulisane marai provokasi... ayo jal piye..."

"Sik jo, ngene... pertama, letak provokasi'ne ndek endi, aku jalok di duduhi. Sebagai tindakan awal, oke aku jalok sepuro, ta selipkan nota revisi. Kedua, la iso sebagai insan berpendidikan, gak pantes nggowo-nggowo asu dalam ranah publik cabang rubrik. Asu dewe ki yo bingung jo, la awakedewe iso ngerti batine, asu ki yo mangkel, "loh aku kok digowo-gowo, salah ku opo...?", ta ilingno la iso, awas karma."

"Tapi, setitik ae ra mangkel riko cak...?"

"Ngene jo, aku nate krungu cerito Abunawas, la barang elek ki nilai ne siji. Tapi barang apik ki nilai ne sepuluh. La aku dikongkon milih, yo ta pilih sing barang apik, lumayan iso nutupi barang elek sing muk siji kuwi maeng"

Paijo mulai mikir tik tak tik tuk, tik tak tik tuk... (Aku sendiri juga nggak paham-paham amat aslinya, rada bingung...)

"Piye jo... ta wenehi saran oleh..."

"Yo ra popo cak, asal sifat'e membangun..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun