Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suplemen Sebelum Aktifitas

5 Oktober 2021   08:24 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:26 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa di awal-awal bulan agustus cuaca di kota Malang mendadak dingin. Dinginnya tak seperti hari di bulan sebelumnya, terkadang ada semacam tambahan angin semilir. Ini membuat tubuh Paijo yang kurus kerempeng semakin tebal berselimut kain. 

Kita yang asli orang luar pulau yang bahkan hidup di garis khatulistiwa tentu tak biasa dengan cuaca seperti ini. Bisa jadi kulit muka di waktu siang gelodoki hampir menyerupai tidur berteman limpahan air liur.

Untuk menghadapi cuaca yang se'ekstrim ini, aku punya strategi sendiri. Selimut, jaket dan celana kain, ditambah dengan kerpus penutup kepala, jersey seperti ini hukumnya wajib (fardu ain) bagi orang seperti diriku. 

Bila memang sudah tak lagi kuat menahan dinginnya cuaca, terpaksa kopi panas dan beberapa tembakau sigaret kretek mesin (SKM) kunikmati untuk menyeimbangkan suhu badan.

Kopi panas kubuat lumayan banyak, dan tanpa sengaja aromanya singgah di hidung Paijo sambil menggumam, 

"Heeemm ambune kopimu cak... segeer..."

"Jare turu jo..."

"Walah, adem'e kaya' ngene piye arep iso turu angler"

"Mulakno toh... ndang lulus, ndang rabi, penak adem-adem ngene jo..."

"Omongan gak mutu cak..."

"Heu... heu... ngtes awakmu jo... ternyata isih duwe semangat kuliah"

Paijo pun mendekat dan menemaniku di samping komputer sambil menikmati kopi panas dan beberapa cemilan,

"Piye cak... isih ono bahan kanggo tulisanmu...?"

"Tenang'e jo, aman"

"Opo aku perlu turun tangan...?"

"Walah... ra usah jo, cukup sawangen ae tutok adoh"

"Coba sih, kene... ta delok'e sing alenia kedua iku, coba woco'en cak..."

Kubacakan dengan lantang seperti layaknya inspektur upacara,

"Sik...cak, sik..." lanjut Paijo, "wis bener ta iku tulisan'e..."

"Prasaku sih wis bener, kan awakmu jo sing ngoreksi amben arep ta pabelis. Awakmu la sing bagian KiCe kualiti kontrol...."

"KiyuSie cak moco ne, dudu' KiCe"

"Yo sepurane jo... awakmu la wis eruh aku lemah nang basa londo"

"Enggris cak sing bener, dudu' londo"

"Joo... ubat mu wis di umbe ta...?"

"Ngowos cak... aku isih waras yo... di awur ae la ngoceh"

"La iyo, kaet wingi, uonooo'ae acaramu jooo... jo..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun