Dari kampung Wainlabat, Tim Survey melanjutkan perjalanan masih melalui sungai ke kampung Seigun dan kampung Malamas yang saling bersebelahan sekitar 30 menit perjalanan. Tadinya daerah ini hanya 1 kampung saja yaitu kampung Seigun. Namun seiring dengan adanya pemekaran daerah maka kampung Seigun dibagi 2 menjadi kampung Seigun dengan 60 KK dan kampung Malamas dengan penduduk 50 KK dan mayoritas adalah penduduk asli.
Di kampung ini, terdapat pembangkit Diesel berkapasitas 20 kW merupakan pengadaan dari PNPM mandiri. Namun dalam pengoperasian sehari-hari adalah swadaya masyarakat kedua kampung.
Sore hari, perjalanan dilanjutkan ke kampung Majemau, masih menggunakan kapal kayu berukuran kecil yang masih setia menemani Tim Survey sejak awal perjalanan, menyusuri sepanjang sungai, berharap tidak ada buaya galak yang menghadang perjalanan anggota Tim Survey. Di kampung ini, sebagai alat penerangan bersumber dari mesin pembangkit diesel berukuran keci, yang merupakan bantuan dari PNPM Mandiri, dengan pengoperasian secara swadaya masyarakat kampung yang berjumlah 65 KK. Sayangnya saat ini, hanya sebagian penduduk saja masih setia membiayai pengoperasian mesin diesel ini. Akibatnya penduduk yang tidak turut serta membayar biaya operasional secara gotong-rotong, tidak berikan aliran listrik.
Karena waktu sudah menunjukan pukul 19.00 WIT, Tim survey akhirnya menginap dan mandi di rumah salah satu warga yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa Kampung Majemau.
Kampung Gesim dan Kampung Klajarin
Pagi hari setelah kondisi segar setelah menginap semalam di kampung Majemau, Tim Survey melanjutkan perjalanan menuju kampung Gesim dan Klajarin. Kalau sehari sebelumnya Tim menahan cuaca panas terik, kali ini Tim Survey dihadang dengan hujan deras sepanjang perjalanan melalui sungai yang lebarnya kurang lebih 500 meter. Terlihat seperti berada di tengah lautan saja, lantaran lebar sungai dan sepi menyelimuti sepanjang perjalanan 1,5 jam di atas kapal kayu ini.
Kampung Gesim dan kampung Klajarin ini letaknya bersebelahan yang merupakan kampung hasil pemekaran, dengan total penduduk kedua kampung sebanyak 108 KK. Disini, ada mesin pembangkit diesel kecil bantuan PNPM Mandiri. Untuk pengoperasiannnya, seperti kampung-kampung sebelumnya adalah swadaya masyarakat setempat.
Kampung Klasegun dan Klasin
Tim Survey masih menuju target survey terakhir adalah kampung Klasegun dan kampung Klasin. Perjalanan ke kedua kampung ini ditempuh cukup jauh selama 2 jam perjalanan menyusuri sungai dengan kondisi yang tidak jauh berbeda seperti perjalanan di kampung sebelum ini. Yah, kampung hasil pemekaran ini berpenduduk hanya 58 KK di kampung Klasegun dan 52 KK di kampung Klasin. Sebagai sumber penerangan, masyarakat menggunakan diesel kecil bantuan dari PNPM Mandiri dengan pola pengoperasian swadaya masyarakat kampung.
Usai 8 kampung dalam Distrik Seigun disusuri, waktunya kembali ke kota Sorong dengan masih melewati  sungai ke kampung Modan 3 dari kampung Klasegun ini. Sepanjang perjalanan 2 jam di atas kapal kayu ini, tampak kelelahan di wajah-wajah anggota Tim Survey. Duduk berselonjor kaki, masing-masing tengah berpikir dan berandai-andai hidup di tengah alam Seigun dengan segala keterbatasan. Menatap air sungai yang tenang berwarna gelap, entah apa yang ada dibalik air tenang ini.