Mohon tunggu...
Henny S
Henny S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

penulis yang sangat suka minum kopi dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Berawal dari Radio

12 Januari 2023   09:27 Diperbarui: 12 Januari 2023   09:33 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semarang, 2002

Sedari tadi Raka sibuk mencatat pesan dari pendengar setia radio Go Go. Banyak yang menyampaikan salam dan pesan untuk seseorang. Ada juga yang meminta diputarkan sebuah lagu yang diperuntukkan bagi seseorang atau untuk diri sendiri. Padahal siaran radio pukul 14.00 biasanya tidak seramai ini, siang ini begitu berbeda. Setelah itu Raka akan menyampaikan pesan yang dia terima kepada Siwi, sang penyiar.

Ini dering telepon kesekian yang berbunyi hampir pukul 15.00. Setengah jam lagi siaran mereka akan berakhir.

"Halo dengan radio Go Go?" Suara perempuan di seberang sana terdengar sangat renyah. Raka merasa perempuan itu pantas untuk menjadi penyiar.

"Iya benar, selamat siang!" Raka menyapa ramah.

"Ini acara Titisan 90 , kan?" Perempuan itu bertanya untuk memastikan.

"Iya , betul! Mau titip pesan, salam atau ada permintaan lagu?"

Terus terang Raka tidak setuju saat acara pukul 14.00 ini diberi nama Titisan 90. Kesannya seperti program cerita horor. Padahal ini adalah program titip pesan dan memutar lagu-lagu lama tahun 90-an. Nama program yang sangat norak.

"Saya mau titip pesan buat Mas Dondon yang sering bejo ... aku, padamu Mas."

Raka menahan tawanya, dia membayangkan betapa menggelikan ketika Siwi membacakan pesan dari perempuan ini.

"Wah, enak ya jadi Mas Dondon sering beruntung." Raka tak bisa menahan mulutnya untuk sedikit menggoda.

"Mas jangan suka fitnah dong, sejak kapan Mas Dondon selalu beruntung? Bejo itu artinya bengong jorok , Mas. Itu Mas Dondon dari tadi duduk di pojok, saya jadi curiga."

Raka nyaris meledak tertawa, perempuan ini sungguh lucu.

"Ada permintaan lagu?" Raka bertanya sambil melihat jam tangannya, dia harus segera mengakhiri pembicaraan dengan perempuan ini.

"Ada, lagu Pengemis Cinta, Jhony Iskandar ya Mas," katanya.
Raka berpikir apa perempuan ini tidak pernah mendengar siaran Titisan 90? Acara ini khusus memutar lagu-lagu pop.

"Maaf, ini khusus lagu pop."

"Wah, ini diskriminasi namanya, lagu Pengemis cinta itu tahun 90-an lho Mas." Raka menggaruk kepalanya, tidak menduga dia harus menerima telepon dari orang ngeyel . Untung saja suara perempuan itu terdengar merdu.

"Bagaimana , Mbak mau lagu apa?"

"Ya sudah terserah Mas aja, soalnya Mas Dondon sukanya lagu itu. Terima kasih, Mas,"

"Eh, ini dengan Mbak siapa ya?" Raka bertanya cepat sebelum perempuan lucu ini menutup telepon.

"Indira." Setelah itu terdengar bunyi klik, telepon ditutup.

Benar saja, dahi Siwi berkerut sewaktu membaca pesan yang disampaikan Raka.

"Hari gini masih ada yang titip pesan seperti ini?" Siwi melihat Raka dengan pandangan tak percaya. Raka hanya tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. Andaikan Siwi yang tadi menerima telepon, entah komentar apa yang akan keluar dari mulutnya.

***

Beberapa kali Indira menelepon di jam yang sama dan selalu menyampaikan pesan untuk Mas Dondon dengan suaranya yang merdu itu. Pesan-pesan yang disampaikan selalu membuat dahi Siwi berkerut saat membacanya.

Raka mulai menantikan telepon dari Indira di jam seperti biasa, di hari Selasa hingga Jumat. Raka suka mendengar suara Indira yang renyah dan pesan-pesan konyol yang dia katakan. Indira menjadi penghibur bagi Raka.

Pernah suatu ketika Raka iseng bertanya, "Mas Dondon itu pacar kamu?"

"Oh, bukan. Ih, Mas suka nuduh! Dia sahabat saya, orang yang paling sering saya usilin." Entah mengapa setelah mendengar Indira berkata seperti itu Raka merasa lega.

Ada suatu waktu, Indira tidak menelepon ke radio selama satu bulan. Raka merasa kehilangan. Laki-laki itu rindu mendengar suara Indira. Perempuan yang tidak pernah ditemuinya itu telah menjungkirbalikkan hidupnya. Raka ingat setelah satu bulan tidak mendengar suara Indira, siang itu Indira meneleponnya. Dia seperti mendapat rezeki nomplok.

"Kamu ke mana aja sih, enggak pernah telepon?" tanyanya ingin tahu.

"Kebetulan aku dinas keluar kota."

"Kali ini mau titip pesan apa buat Mas Dondon?" Raka cepat mengalihkan pembicaraan.

"Ah, Mas Dondon sudah punya pacar, saya takut, nanti enggak enak sama pacarnya. Kalau Mas Raka sudah punya pacar belum?"

"Kenapa?"

"Saya mau titip pesan buat Mas Raka aja."

"Belum." Raka menjawab cepat, dia penasaran dengan pesan yang akan disampaikan Indira. Selucu apa pesan untuknya.

"Buat Mas Raka, jangan rindu. Besok aku akan menelepon kamu lagi." Lalu terdengar suara klik, telepon ditutup. Jantung Raka berdetak cepat.

***

Ka, sini!" Siwi berteriak memanggil namanya, tangannya dilambaikan meminta Raka segera mendekat.

"Kenapa?" Raka berdiri tegak di hadapan Siwi, tangannya diceploskan ke dalam saku jaket.

"Nanti sore kesayangan kamu datang, dia mau ambil hadiah menang kuis tadi malam." Siwi tersenyum lebar.

"Kesayangan? Siapa?" Raka tidak mengerti.

"Indira. Tadi malam aku memandu kuis, enggak tahu tumben banget dia nongol di program kuis. Dia salah satu pemenang. Kamu, kan, penasaran pengen ketemu dia." Siwi tersenyum lebar.

Cuma Siwi yang tahu tentang Raka dan Indira. Tentang Raka yang mendadak penasaran dan merindukan Indira. Tentang Raka yang belum berani mengambil langkah untuk menemui Indira.
Raka melihat Siwi dengan pandangan tak percaya. Sore ini dia akan bertemu dengan perempuan yang membuatnya jatuh cinta hanya dengan mendengar suaranya.

"Jam berapa dia akan datang?"

"Katanya sepulang kerja, sekitar pukul 18.00. Tunggu saja! Kamu sudah selesai siaran, kan, jam segitu?" Raka mengangguk.

Hari ini Raka menjadi tidak tenang. Sebentar-sebentar dia sudah melihat jam. Raka merasa waktu lambat bergulir.

***

Raka sedang duduk di lobi menikmati minuman dingin, ketika seorang perempuan berwajah manis datang menemui resepsionis. Raka mendengar suaranya yang merdu saat menyapa resepsionis dan menerangkan maksud kedatangannya untuk mengambil hadiah kuis. Jantung Raka berdetak cepat, dia mengenali suara itu. Raka menantikan perempuan itu menyebutkan namanya.

"Indira," katanya sambil tersenyum. Menurut Raka senyum Indira mengandung kadar glukosa yang sangat tinggi. Manis sekali.

"Mas Raka ini ada yang mau ambil hadiah kuis, kata Siwi kalau urusan hadiah ke Mas Raka , kan?"

***

Indira cepat menoleh begitu mendengar nama Raka disebut. Laki-laki ini salah satu alasannya untuk datang. Indira sengaja ikut kuis dan bertekad memenangkannya. Ia tidak peduli dengan hadiah kuis yang nilainya tidak seberapa. Dia hanya mencari alasan untuk mencari Raka.

Hampir setiap hari mendengar suara bariton Raka menyapa dirinya, mendengar tawa Raka ketika Indira menyampaikan pesan-pesan konyol membuat Indira jatuh cinta. Sesederhana itu dan mungkin bagi orang lain terkesan tidak masuk akal. Namun, memang terkadang jatuh cinta membuat orang kehilangan logika.

***

Raka berdiri tepat di hadapan Indira, tersenyum memandang perempuan itu. Raka sengaja mengantar Indira ke tempat parkir. Raka masih ingin berlama-lama dengan Indira.

"Apakah setelah ini aku masih bisa bertemu kamu?"

Indira mengangguk, "Datanglah! Aku akan menunggu kamu."

Tamat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun