Agak rumit. Saya memutuskan mulai Selasa hanya menyantap kuah sup bening dan minum air putih serta teh buah tanpa gula dan susu. Untuk teh buah sudah saya tanyakan kepada dokter, saya boleh minum teh jenis apa pun.
Satu hari sebelum kolonoskopi, pasien hanya boleh makan siang. Bagi saya tidak ada bedanya. Cukup berat juga selama tiga hari hanya makan kuah bening serta minum air dan teh. Harum makanan yang saya masak untuk keluarga cukup menggoda, tetapi tidak boleh melanggar.
Pengalaman Kolonoskopi Â
Karena tidak diminta untuk datang lebih awal dari jadwal, maka saya melapor sekitar 5 menit sebelumnya. Petugas rumah sakit langsung mengantar saya ke ruang tunggu. Tidak sampai satu menit saya dipanggil masuk dan persiapan kolonoskopi dilakukan, berganti pakaian dengan pakaian rumah sakit, berbaring di tempat tidur, perawat mengukur tekanan darah dan mengambil darah.
Tempat tidur didorong memasuki ruang pelaksanaan kolonoskopi. Suasana ruang operasi yang mengingatkan pengalaman tahun lalu. Para perawat dan dokter yang ramah membuat rasa gugup berkurang.
"Bisa disuntik sekarang?" tanya perawat kepada dokter.Â
Dokter mengiyakan. Perawat perempuan itu berkata kepada saya akan memberikan suntikan yang akan membuat saya tidur.Â
Benar saja, setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi. Saat terbangun, saya sudah berada di ruangan awal sebelum pelaksanaan kolonoskopi dilakukan. Samar-samar saya mendengar dua orang berdialog.
Seorang perawat membuka tirai dan menyapa setelah mendengar saya bersin. Saya sudah sadar. Pria itu menawarkan secangkir teh buah dan mengatakan saya bisa berganti pakaian, tetapi harus tetap di ruangan sampai dokter datang.
Proses kolonoskopi biasanya berjalan tidak lama, sekitar 20 sampai 30 menit. Namun begitu, meskipun cepat sadar, pasien masih berada di bawah pengaruh obat bius. Oleh sebab itu tidak dibolehkan untuk mengemudi selama 24 jam.
Alhamdulillah, hasil kolonoskopi saya negatif. Dokter mengatakan agar saya melakukan lagi prosedur ini sepuluh tahun yang akan datang.