Pengguntingan dasi ini harus dianggap lelucon, ini bagian dari tradisi karnaval di Jerman. Jadi, tidak ada yang marah. Menggunting dasi pria melambangkan pengguntingan kekuasaan pria.
Pengguntingan dasi ini dilakukan di mana saja tanpa ampun, di jalanan, di kantor-kantor, karyawan perempuan melakukannya, sekali pun terhadap bos mereka. Semua sudah saling mengetahui dan rela dasinya digunting oleh perempuan, dan biasanya pria mendapat ciuman di pipi sebagai kompensasi.
Bagi pria yang tidak ingin dasinya dirusak pada Weiberfastnacht ini, bisa memilih dasi yang sudah lama atau tidak menggunakan dasi sama sekali. (Eh, tetapi siapa yang mampu menolak ciuman di pipi.)
Asal mula Weiberfastnacht
Tradisi Weiberfastnacht di Jerman yang unik ini sudah ada sejak 200 tahun yang lalu. Pada hari ini, perempuan mengambil alih kekuasaan.Â
Awalnya adalah bentuk protes dari para perempuan di wilayah Beuel - Bonn. Gerakan ini lakukan oleh para perempuan yang bekerja sebagai binatu. Mereka harus bekerja keras dan membantu kehidupan keluarga mereka. Tugas yang mereka lakukan tidak hanya melelahkan fisik, tetapi juga mental dan upah yang mereka terima terbilang sangat rendah.
Sementara para perempuan bekerja keras, para pria bisa bersenang-senang ikut merayakan karnaval. Sistem sosial patriarki masih berlangsung dan umum ditemui di berbagai belahan dunia.
Peran gender ini mulai goyah. Para perempuan ini melakukan protes terhadap suami mereka. Mereka mulai berkumpul, berbincang tentang masalah kehidupan yang dihadapi sambil 'ngopi'. Komite perempuan pun dibentuk, mereka mendirikan klub-klub karnaval, menyerbu balaikota, dan ikut aktif dalam kemeriahan karnaval.Â
Weiberfastnacht yang diawali dari emansipasi dan menjadi tradisi karnaval yang unik di Jerman. Karnaval identik dengan humor dan kegembiraan.Â
Selamat menyambut masa Prapaskah untuk Kompasianer Kristiani.