Katanya, orang Jerman itu terkenal serius dan dingin. Namun, ada waktunya mereka bisa bertingkah "gila-gilaan" pada saat berlangsungnya karnaval atau Fasching.
Saat ini di Jerman sedang berlangsung di beberapa kota parade karnaval. Putri saya dan teman-temannya ikut melihat parade ini.Â
"Untung aku, Ma. Di sana aku nggak dijaili." Dia bercerita setelah tiba di rumah. Salah seorang temannya baju dan wajahnya kotor dicoret-coret peserta pawai.Â
Berani menonton karnaval, harus siap untuk dijaili di sana. Parade karnaval adalah sukacita dan harus diterima dengan humor.
Seminggu ini, 12 - 16 Februari, sekolah di negara bagian tempat saya tinggal libur seminggu. Liburan kali adalah Libur Karnaval atau dalam Bahasa Jerman disebut Faschingferien/ Fastnachtsferien. Libur ini tidak lain adalah libur tengah tahun ajaran, atau libur awal musim semi.
Karnaval di Jerman tidak diperingati di semua kota dan negara bagian. Umumnya kota-kota di wilayah Katolik yang merayakan karnaval dan menggelar parade di jalan. Karnaval jalanan di Jerman dimulai pada Weiberfastnacht, pada hari Kamis, tahun ini jatuh pada tanggal 8 Februari. Parade karnaval akan berakhir pada pada 14 Februari dengan dimulainya masa Prapaskah pada Rabu Abu.
Weiberfastnacht
Weiberfastnacht menjadi simbol emansipasi perempuan. Namun, perayaan karnaval ini selalu identik dengan humor dengan menggunting dasi pria.
Saya masih ingat, awal tinggal di Jerman. Pada satu Weiberfastnacht, suami saya pulang kerja dengan dasi yang telah putus setengah.Â
Pada hari Kamis Weiberfaschnact yang dikenal juga dengan "Schmotziger Donnerstag" atau "Kamis kotor" ini, ada kebiasaan perempuan menggunting dasi laki-laki, siapa pun dia.Â
Pengguntingan dasi ini harus dianggap lelucon, ini bagian dari tradisi karnaval di Jerman. Jadi, tidak ada yang marah. Menggunting dasi pria melambangkan pengguntingan kekuasaan pria.
Pengguntingan dasi ini dilakukan di mana saja tanpa ampun, di jalanan, di kantor-kantor, karyawan perempuan melakukannya, sekali pun terhadap bos mereka. Semua sudah saling mengetahui dan rela dasinya digunting oleh perempuan, dan biasanya pria mendapat ciuman di pipi sebagai kompensasi.
Bagi pria yang tidak ingin dasinya dirusak pada Weiberfastnacht ini, bisa memilih dasi yang sudah lama atau tidak menggunakan dasi sama sekali. (Eh, tetapi siapa yang mampu menolak ciuman di pipi.)
Asal mula Weiberfastnacht
Tradisi Weiberfastnacht di Jerman yang unik ini sudah ada sejak 200 tahun yang lalu. Pada hari ini, perempuan mengambil alih kekuasaan.Â
Awalnya adalah bentuk protes dari para perempuan di wilayah Beuel - Bonn. Gerakan ini lakukan oleh para perempuan yang bekerja sebagai binatu. Mereka harus bekerja keras dan membantu kehidupan keluarga mereka. Tugas yang mereka lakukan tidak hanya melelahkan fisik, tetapi juga mental dan upah yang mereka terima terbilang sangat rendah.
Sementara para perempuan bekerja keras, para pria bisa bersenang-senang ikut merayakan karnaval. Sistem sosial patriarki masih berlangsung dan umum ditemui di berbagai belahan dunia.
Peran gender ini mulai goyah. Para perempuan ini melakukan protes terhadap suami mereka. Mereka mulai berkumpul, berbincang tentang masalah kehidupan yang dihadapi sambil 'ngopi'. Komite perempuan pun dibentuk, mereka mendirikan klub-klub karnaval, menyerbu balaikota, dan ikut aktif dalam kemeriahan karnaval.Â
Weiberfastnacht yang diawali dari emansipasi dan menjadi tradisi karnaval yang unik di Jerman. Karnaval identik dengan humor dan kegembiraan.Â
Selamat menyambut masa Prapaskah untuk Kompasianer Kristiani.
Hennie Triana Oberst
Germany, 12.02.2024
Rujukan: Stuttgarter-Zeitung, Deutschlandfunk-Kultur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H