Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kos Lila setelah Halloween

30 Oktober 2023   03:16 Diperbarui: 30 Oktober 2023   06:18 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kos Lila setelah Halloween | ilustrasi rumah dengan pintu lila | foto: Pixabay/ Ioana Motoc—

Jumat pukul 17

Rara memandang ke luar jendela, menyeruput cokelat panas dari cangkir kesayangannya. Dia paling suka berlama-lama di kamar kosnya, memandang ke padang rumput berbunga dan latar belakang perbukitan.

"Tok tok!"
Dua ketukan itu sudah dihafal Rara. Tari, si gadis ceria teman satu kos.

"Kamu pakai kostum apa, Ra?" Tari bertanya, sembari membolak-balik tiga potong gaun yang tergeletak di tempat tidur.

"Pasti Rara bingung memilih baju yang akan dikenakan nanti," Tari membatin.

Malam ini mereka akan menghadiri pesta ulang tahun seorang teman. Party ini bertema "Halloween" karena bertepatan dengan akhir Oktober. 

"Kayaknya aku pakai yang asimetris itu." Rara menjawab dan mengarahkan matanya pada baju berpayet.

Tari mengacungkan jempolnya tanda setuju, kemudian berjalan menuju pojok kamar dan duduk di karpet dengan bantal warna-warni.

"Misiii!" Kepala Yuni menyembul dari balik pintu, matanya ditutupi topeng gaya Venesia. 

"Wow, keren!" Ujar Rara dan Tari bersamaan.

"Holla, teman-teman cantik!" Shanty menyusul tak lama kemudian. Dia menenteng kantong kertas mini. 

"Ini, jangan lupa dipakai nanti malam." Ujar Shanty membagikan gelang dari bulu-bulu dan payet kepada ketiga temannya.

Riuh rendah mereka membahas rencana pergi bersama nanti. Empat wanita muda ini adalah penyewa Kos Lila. Rara merupakan penyewa paling baru. 

Mereka sepakat, pukul 19 bertemu di depan rumah. Waktu yang telah disepakati dengan taksi yang akan menjemput nanti.

Rara tersenyum memandangi ketiga teman yang keluar dari kamarnya. Rasa bahagia menghadirkan kehangatan yang menjalari tubuhnya. 

Pikirannya menerawang mengingat tiga bulan lalu, saat pertama tiba di Kos Lila. Waktu itu, Rara agak kesulitan menarik koper dan tas bawaan menuju tempat kos barunya. Sopir taksi online hanya bisa mengantar sampai depan gang. 

"Nggak jauh, Mbak, cuma 300 meter." Pak sopir berkata sebelum Rara menutup pintu taksi.

Siang hari itu terlihat sangat sepi, tak seorang pun nampak melintas. Pastilah orang-orang masih sibuk dengan aktivitas di luar rumah. 

  • "Kos Lila, Jl. Kecil No. 13"
    Alamat kos yang tertera di website. 

"Uhhh, ternyata memang di jalan kecil." Gerutu Rara dalam hati. 

Jalan Kecil memang terlalu sempit untuk kendaraan roda empat. Kos Lila berada di ujung jalan yang menanjak dan sedikit berkelok.

Hampir menangis Rara menumpuk traveling bag di atas koper, lantas menyeretnya pelan-pelan agar tidak jatuh ke samping dan membuat oleng.

"Hey, sini aku bantu!" Suara wanita di belakang Rara tiba-tiba memecah keheningan siang.

Wanita penolong itu adalah si ceria Tari. Itu adalah awal pertemuan mereka. Lalu disusul dengan perkenalan dengan Shanty dan Yuni. Hanya mereka berempat penyewa Kos Lila.

Kost Lila merupakan rumah yang lumayan besar. Pemilik kost adalah Pak Jamil, begitu yang tertera di website dan nama pemilik akun bank pembayaran kost. 

Ada 4 kamar tidur dan saat ini ditempati penyewa. Ruang tamu dan dapur yang cukup luas sebagai ruang bersama dilengkapi peralatan yang modern.

Agaknya, Pak Jamil sangat mengerti kebutuhan anak kos yang tidak punya banyak waktu. Semua alat-alat rumah tangga disediakan dengan kualitas dan kondisi yang baik. Mesin cuci dan mesin pengering, serta kompor listrik 4 tungku dengan oven.

Kos Lila memiliki pelataran yang asri. Ini berkat tangan dingin Pakcik Zul yang datang sebulan sekali untuk merawat dan merapikan tanaman. Pakcik Zul biasanya datang pagi dan bekerja hingga tengah hari. Rara hanya pernah berpapasan dan sekadar menyapa, belum sempat mengobrol dengan pria itu.

***

Sabtu, pukul 10
Rara menenteng kantong kresek berisi serabi menuju Kos Lila. Sekembali dari jalan pagi, dia mampir di warung seberang Jalan Kecil.

"Tumben, Pakcik Zul kerja hari Sabtu." Rara berkata dalam hati. 

Terlihat Pakcik Zul menggantungkan papan iklan di pintu pagar.

  • "Terima kos putri"
    Di bawahnya terdapat alamat website dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

"Siapa yang akan pindah?" Pertanyaan yang hadir di kepala Rara. Padahal sampai tadi malam tidak ada dari ketiga teman kosnya yang mengatakan akan pindah.

"Pagi, Mbak Rara!" Sapa ramah Pakcik Zul.

"Pagi, Pakcik Zul! Rencana terima penyewa baru? Apa ada yang akan pindah?" Penuh rasa penasaran Rara bertanya.

"Iya, biar rame lagi kosnya." Pakcik Zul menjawab tanpa bisa menyembunyikan rasa heran.

"Memangnya, siapa yang mau pindah, Mbak?" Ujar Pakcik Zul mengernyit.

"Saya nggak tau, makanya tadi tanya Pakcik karena ada iklan terima kos, padahal semua kamar penuh." 

"Justru iklan ini supaya kos lebih ramai. Kos Lila sudah kosong 3 tahun, tapi sejak Mbak Rara tinggal tiga bulan ini, sepertinya semua baik-baik saja." 

"Lho, gimana dengan Shanty, Tari, Yuni?" Rara bertanya dengan nada heran dan agak khawatir. Mereka bertiga adalah teman baiknya. 

"Dari mana Mbak kenal mereka?" Ujar Pakcik Zul menyelidik.

"Dari mana lagi, ya dari kos ini. Memangnya kenapa, Pakcik?" Suara Rara terdengar semakin heran.

Pakcik Zul mengatakan, sekitar tiga tahun, Tari, Shanty, Yuni tinggal di Kos Lila. Akan tetapi, nahas tak dapat ditolak. Dalam perjalanan setelah merayakan Halloween, mobil yang dikemudikan Tari mengalami kecelakaan yang parah, hingga merenggut nyawa ketiganya. Sejak saat itu Kos Lila kosong, sampai Rara datang sebagai penyewa baru.

Tidak sanggup mendengar lanjutan cerita Pak Zul, Rara pamit memasuki kos. Dengan rasa penasaran dia mengetuk dan membuka pintu kamar ketiga temannya. Hanya ada lemari dan tempat tidur kosong tanpa seprai.

"Lalu, dengan siapa selalu tiga bulan terakhir ini aku menghabiskan waktu?" Pertanyaan itu berputar-putar di kepala Rara.

Seketika Rara merasakan ketakutan yang luar biasa.

Hennie Triana Oberst
Germany, 31.10.2023

Catatan:
Jika ada kesamaan nama orang dan tempat, itu adalah kebetulan saja.
Cerpen  "Kost Lila setelah Halloween" hanya kisah fiktif dari buah pikiran pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun