"Hey, sini aku bantu!" Suara wanita di belakang Rara tiba-tiba memecah keheningan siang.
Wanita penolong itu adalah si ceria Tari. Itu adalah awal pertemuan mereka. Lalu disusul dengan perkenalan dengan Shanty dan Yuni. Hanya mereka berempat penyewa Kos Lila.
Kost Lila merupakan rumah yang lumayan besar. Pemilik kost adalah Pak Jamil, begitu yang tertera di website dan nama pemilik akun bank pembayaran kost.Â
Ada 4 kamar tidur dan saat ini ditempati penyewa. Ruang tamu dan dapur yang cukup luas sebagai ruang bersama dilengkapi peralatan yang modern.
Agaknya, Pak Jamil sangat mengerti kebutuhan anak kos yang tidak punya banyak waktu. Semua alat-alat rumah tangga disediakan dengan kualitas dan kondisi yang baik. Mesin cuci dan mesin pengering, serta kompor listrik 4 tungku dengan oven.
Kos Lila memiliki pelataran yang asri. Ini berkat tangan dingin Pakcik Zul yang datang sebulan sekali untuk merawat dan merapikan tanaman. Pakcik Zul biasanya datang pagi dan bekerja hingga tengah hari. Rara hanya pernah berpapasan dan sekadar menyapa, belum sempat mengobrol dengan pria itu.
***
Sabtu, pukul 10
Rara menenteng kantong kresek berisi serabi menuju Kos Lila. Sekembali dari jalan pagi, dia mampir di warung seberang Jalan Kecil.
"Tumben, Pakcik Zul kerja hari Sabtu." Rara berkata dalam hati.Â
Terlihat Pakcik Zul menggantungkan papan iklan di pintu pagar.
- "Terima kos putri"
Di bawahnya terdapat alamat website dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
"Siapa yang akan pindah?" Pertanyaan yang hadir di kepala Rara. Padahal sampai tadi malam tidak ada dari ketiga teman kosnya yang mengatakan akan pindah.