Menurut studi Kesehatan Anak dan Remaja di Jerman, sekitar 19,8 persen anak-anak dan remaja berusia antara 11 dan 17 tahun menunjukkan gejala gangguan makanan. Remaja putri lebih banyak jumlahnya, sebesar 27,9 persen, sedangkan laki-laki sekitar 12 persen.
Tiga kelompok utama eating disorderÂ
Anoreksia nervosa; penderitanya memiliki berat badan yang sangat rendah, disebabkan asupan makanan yang sangat terbatas, olahraga secara berlebihan, atau mengonsumsi obat pencahar. Penderita merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Di mata penderita, tubuhnya "terlalu gemuk," sekalipun terlihat sangat kurus.Â
Bulimia nervosa; penderitanya makan secara berlebihan karena kehilangan kendali atas perilaku makan mereka. Takut akan berat badan meningkat, mereka mencegahnya dengan memuntahkan kembali makanannya, minum obat penekan nafsu makan, diet berlebihan, atau terlalu berlebihan melakukan olahraga.
Penderita bulimia sering tidak gampang diketahui, karena umumnya mereka terlihat tidak mengalami masalah berat badan.
Binge eating disorder; orang yang terkena gangguan ini akan makan berulang secara berlebihan. Berbeda dengan penderita bulimia nervosa yang mengeluarkan kembali makanannya, penderita binge eating disorder tidak melakukan pencegahan apa pun.Â
Mereka sering merasa malu dan menderita dengan masalah yang dialami, sehingga mereka bersembunyi untuk makan. Banyak dari penderita binge eating disorder memiliki kelebihan berat badan.Â
Penyebab eating disorder
Eating disorder bisa terjadi karena beberapa sebab, seperti faktor genetik, konflik keluarga, pengalaman traumatis, panutan yang salah, tekanan sosial dan masyarakat, perundungan, perbandingan dan komentar kritis mengenai penampilan fisik, serta media sosial.
Selain hal itu, faktor stres akut juga bisa menjadi pemicu gangguan makan, misalnya kehilangan orang yang dicintai, perpisahan, pindah rumah, atau pindah sekolah.
Perhatikan kebiasaan makan dan perilaku remaja